"Kami sangat menyayangkan dan prihatin, atas protes kalangan masyarakat terhadap produk seni budaya yang di bangun di alun-alun Sidoarjo," kata Ketua Bidang Program, Dewan Kesenian Sidoarjo, Henry Nur Cahyo, Senin (23/2/2015).
Menurut dia, protes terhadap pendirian monumen Jayandaru oleh kalangan ormas Islam justru akan mencemarkan nama baik dan ajaran Islam. "Pemahaman Islam soal patung dibawa ke pemahaman yang sempit, tanpa ada pemahaman konteks ajarannya," kata dia.
Dia mengakui ada larangan dalam Islam dalam membuat patung, namun perintah itu di zaman marak umat manusia menyembah patung berhala, dan umat Islam dilarang membuat patung agar tidak disembah seperti menyembah berhala.
Kalangan seniman, kata dia, sangat prihatin, namun tidak kuasa berbuat, karena masalah tersebut dianggapnya sangat sensitif. "Kami takut akan menimbulkan konflik horizontal hanya karena patung," kata dia.
Protes ormas Islam Sidoarjo itu muncul menyusul desain monumen yang dianggapnya tidak sesuai dengan ajaran Islam. Monumen Jayandaru menggambarkan kehidupan masyarakat Sidoarjo sebagai petani dan nelayan.
Ada sembilan patung manusia nelayan dan petani dengan bentuk manusia sempurna. Patung tersebut dibangun atas dana CSR perusahaan pengolahan hasil laut PT Sekar Laut. Karena bentuk patung sempurna menyerupai manusia, ormas Islam menganggapya sebagai berhala, dan tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Semantara Kabupaten Sidoarjo, dikenal sebagai kota santri yang religius, yang banyak ditempati pesantren.
Baca juga:
Monumen Jayandaru Dianggap Berhala, Ormas Islam Tuntut Pembongkaran
Polemik Patung "Berhala" di Sidoarjo, Pemkab Cuma Bisa Pasrah