Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKL Bogor Punya Cara Kreatif Layani Penumpang di Stasiun, Pakai Tongsis

Kompas.com - 22/02/2015, 12:27 WIB
BOGOR, KOMPAS.com — Pedagang kaki lima menggunakan tongkat narsis atau lebih dikenal dengan tongsis untuk melayani para pembelinya. Hal ini menjadi pemandangan menarik yang terlihat di pinggir pagar Stasiun Besar Bogor, Jawa Barat.

Salah seorang pedagang berjualan di pinggir pagar Stasiun Besar Bogor di Jalan Kapten Muslihat, dengan sepeda motornya. Ia menjual kopi, rokok, tisu, permen, dan lainnya. Tongsis dibuat dari tangkai payung yang dimodifikasi pada bagian ujungnya diberi kawat melingkar sebagai penggantung cangkir plastik sebagai media untuk mengirimkan barang dagangan, uang bayaran, maupun uang kembalian.

Panjang tongsis hampir satu meter, cukup untuk melayani konsumennya yang berbelanja dari balik pagar yang dibatasi dua pagar, yakni pagar stasiun dan pagar jalur pedestrian di sekeliling stasiun. Langkah ini dilakukan pria paruh baya itu karena beberapa penumpang kereta yang sudah berada di stasiun membutuhkan dagangannya, baik kopi maupun rokok.

Cara berjualan ala Asep itu mendapat perhatian sesama pedagang yang juga ikut menjajakan dagangannya dari balik pagar yang mengelilingi Stasiun Besar Bogor. "Oh itu tongsis, kreatif juga ya," kata salah seorang pedagang gantungan kunci.

Asep, demikian panggilan akrabnya, menjadi satu-satunya pedagang yang menggunakan tongsis untuk berjualan. Sejumlah pedagang lainnya masih menjajakan secara manual, terkadang mereka kesulitan untuk melayani pembeli yang sudah berada di dalam stasiun, tetapi banyak juga masyarakat yang berbelanja sebelum masuk ke dalam stasiun, atau bahkan mereka harus berdiri di atas jalur pedestrian untuk bisa jual beli.

Belum diketahui persis sejak kapan tepatnya pedagang kaki lima tadi menggunakan tongsis untuk membantunya berjualan melayani pembeli dari dalam stasiun. Namun, alat bantu itu telah memberikan kemudahan dan keuntungan baginya untuk tetap berjualan.

Dua pagar yang mengelilingi Stasiun Besar Bogor tidak menjadi halangan bagi Asep untuk mengais rezeki di tengah hiruk-pikuknya Kota Bogor.

Pada Minggu pagi, misalnya, seorang penumpang kereta yang hendak berangkat membeli sebatang rokok dari Asep. Dengan sigap, Asep mengulurkan tongsis yang di bagian ujungnya sudah ada sebungkus rokok yang diletakkan di dalam gelas plastik.

Transaksi jual beli terjadi dengan bantuan tongsis, setelah mengirimkan rokok, pembeli mengembalikan sekaligus memasukkan uang sebagai tanda bayar. Lalu Asep kembali mengirimkan tongsis berisi korek api, sambil mengirimkan uang kembalian.

"Zero tolerance"

Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bogor telah menetapkan kawasan Stasiun Besar Bogor sebagai zona zero tolerance terhadap PKL. Hal ini berlaku sejak dilakukan penataan kawasan dengan mengaktifkan jembatan penyeberangan orang dan pembuatan jalur pedestrian di sekeliling stasiun.

Guna mencegah para PKL tetap berjualan, sebagian pagar diberi vertical garden, persis di tikungan antara Jalan Mayor Oking menuju Kapten Muslihat. Tetapi, belum semua pagar jalur pedestrian yang diberikan pembatas tersebut sehingga beberapa PKL masih mangkal di sekeliling stasiun.

Bahkan para PKL terkesan kucing-kucingan dengan pihak Satpol PP untuk tetap bisa berjualan tanpa kena penertiban. Mereka muncul pada pagi dan sore hari. Tidak hanya itu, mereka mulai bergeser berjualan di jembatan penyeberangan orang atau di halte depan Lapas Paledang.

Kepala Satpol PP Kota Bogor, Jawa Barat, Eko Prabowo mengatakan, zona zero tolerance pedagang kaki lima sudah dimulai sejak pertengahan 2014, mulai dari Jalan MA Salmun, Mayor Oking, hingga Jalan Merdeka.

Eko menjelaskan, setelah resmi mengoperasikan JPO, Jalan Kapten Muslihat menjadi salah satu akses masyarakat yang akan masuk dan keluar dari Stasiun Besar Bogor. Bagi kaum lansia atau ibu hamil yang tidak kuat menaiki tangga dapat menyeberang di zebra cross depan Taman Topi.

Pengoperasian JPO Jalan Kapten Muslihat merupakan salah satu komponen dalam penataan lalu lintas di kawasan seputar Stasiun Besar Bogor. JPO ini terhubung langsung dengan jalur pedestrian yang sudah terpagar agar mobilitas masyarakat lebih rapi dan tidak menghambat arus lalu lintas.

Selain penggunaan JPO, area di seputar Stasiun Besar Bogor juga menjadi zona zero tolerance bagi pedagang kaki lima yang biasa berjualan di pinggir pagar pembatas stasiun. Pemerintah Kota Bogor telah memasang vertical garden agar tidak ada aktivitas jual beli di jalur pedestrian.

"Kawasan ini zona tidak ada toleransi bagi PKL. Siapa yang kedapatan berjualan akan kita lakukan penyitaan, dan diminta membuat surat pernyataan tidak mengulang lagi berjualan di pinggir jalan," katanya.

Eko menambahkan, yang terpenting dalam menekan keberadaan PKL adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk tidak membeli dari PKL. Sebab, selama masih ada masyarakat yang berbelanja maka PKL akan terus hadir.

"Kita akan mengarah kepada yang membeli dan menjual akan sama-sama dikenai sanksi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com