Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikira Singkong, Ternyata Mortir Diduga Peninggalan Perang Dunia II

Kompas.com - 17/02/2015, 17:14 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


MAGELANG, KOMPAS.com - Sebuah mortir yang diduga masih aktif ditemukan warga di Dusun Soroyudan, Desa Soroyudan, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Selasa (17/2/2015). Penemuan ini sontak menggegerkan warga setempat.

Informasi yang dihimpun, mortir jenis roket itu pertama kali ditemukan oleh Wahadi (35) warga setempat sekira pukul 12.00 Wib.

Saat itu, Wahadi sedang membersihkan kebun bambu milik Ismadi menggunakan sabit. Namun tiba-tiba, saat Wahadi membersihkan tepat di bagian pinggir tebing, sabitnya mengenai benda keras. Semula Wahadi mengira benda tersebut singkong, tapi setelah diamati ternyata sebuah mortir berbentuk mirip roket.

"Wahadi kemudian memberitahu tetangganya, Widodo. Widodo lah yang lantas melapor penemuan itu pada polisi di mapolsek Tegalrejo," ujar Kapolsek Tegalrejo, Kabupaten Magelang, AKP Rinto Sutopo.

Atas laporan itu, kata Rinto, polisi langsung berkoordinasi dengan Tim Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) Polres Magelang dan segera menuju lokasi penemuan.

Setelah dilakukan pemeriksaan, mortir berukuran panjang 38 sentimeter, lingkar 26,5 sentimeter, diameter 8 sentimeter dan berat 4,5 kilogram itu diperkirakan masih aktif. Polisi menduga mortir itu merupakan peninggalan jaman Perang Dunia II.

"Dari beberapa informasi, dulu mortir ini diledakkan dari atas pesawat. Kemungkinan saat itu belum meledak dan masih aktif sampai sekarang. Beruntung sabit tidak mengenai mata peluru sehingga masih aman," urai Rinto.

Rinto menambahkan, saat ini, temuan mortir ini sudah diamankan oleh tim jihandak Polres Magelang. Temuan bahan peledak serupa juga pernah ditemukan warga pada 2013 silam berupa granat nanas di tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) Desa Banyuurip Tegalrejo atau sekitar 5 kilometer dari lokasi penemuan mortir roket.

"Kami imbau pada warga jika menemukan benda serupa agar segera melapor. Jangan mengambil tindakan karena berbahaya," tandas Rinto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com