Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mentan Kunjungi Kupang, Distributor Buru-buru Kirim Pupuk ke Petani

Kompas.com - 05/02/2015, 20:51 WIB
Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com – Kedatangan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman ke Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam rangka mencanangkan gerakan tanam bersama petani, membuat sejumlah distributor pupuk buru-buru mengirim pupuk ke petani melalui pengecer.

Pengecer pupuk bersubsidi Kembang Sari di Kelurahan Tarus, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Kamis (5/2/2015) siang, tiba-tiba didatangi sebuah truk bermuatan 10 ton pupuk jenis SP 36. Pemilik Kios Kembang Sari, Ketut Sadi kepada sejumlah wartawan mengatakan, beberapa jam sebelum truk tersebut tiba, sejumlah petugas dari Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT datang ke kios tersebut sambil marah-marah. Petugas dari provinsi itu marah kepada produsen pupuk karena ternyata di gudang Kembang Sari tidak menyediakan pupuk.

"Tadi ada yang mengamuk karena tidak ada pupuk," kata Ketut.

Kemarahan petugas tersebut, menurut Ketut, lantaran Menteri Pertanian Amran Sulaiman dikhawatirkan mampir di pengecer pupuk tersebut dalam perjalanan menuju Desa Noelbaki untuk mencanangkan gerakan tanam bersama petani setempat.

Ketut mengaku, gudangnya kosong sejak satu pekan terakhir. Padahal, ia sudah menyetor dana sebesar Rp 51,6 juta ke distributor untuk pengadaan pupuk sebanyak 30 ton sejak November 2014. Pupuk itu, kata dia, akan didistribusikan ke kelompok tani. Namun, pengiriman pupuk dari distributor baru dimulai 19 Januari 2015, padahal rata-rata petani menanam sejak awal Januari. Pupuk yang didistribukan itu pun dicicil. Sampai kunjungan Menteri Pertanian ke Kupang, distributor pun masih menunggak pupuk.

"Dari 30 ton tersebut, baru distribusikan 15 ton, termasuk 10 ton yang baru dikirim. Masih sisa 15 ton lagi yang belum dikasih," beber Ketut.

Kondisi ini, kata Ketut, mengakibatkan petani kesulitan mendapat pupuk subsidi. Setiap hari, selalu ada petani yang datang ke kios Kembang Sari menanyakan pupuk.

"Kami sampaikan fakta bahwa pupuk tidak ada, tetapi rencana definitif kebutuhan kelompok atau RDKK sudah kami berikan ke distributor pupuk," kata Ketut.

Menurut Ketut, pihaknya adalah pengecer yang khusus menangani kebutuhan pupuk untuk empat kelompok tani. Dari jumlah itu, kebutuhan pupuk yang terpenuhi baru satu kelompok tani, sedangkan tiga kelompok tani lainnya menanti giliran.

"Kita prioritaskan pupuk untuk petani yang sudah tanam," ujarnya.

Untuk berduit

Sementara itu, salah seorang petani di Noelbaki, Noh Konis ketika ditemui wartawan di sela-sela kunjungan Menteri Pertanian mengaku sudah selesai menanam padi sejak satu pekan terakhir, namun belum kebagian pupuk bersubsidi, khususnya jenis urea. Menurut Noh, dari 225 petani di di daerahnya, hanya sedikit yang sudah memperoleh pupuk dari pengecer.

"Petani yang sudah ambil pupuk itu yang berduit, sedangkan petani yang pendapatannya pas-pasan belum kebagian pupuk," kata dia.

Menurut Noh, petani sangat membutuhkan urea atau pupuk dasar karena kalau pupuk terlambat, maka dikhawatirkan tanaman tidak tumbuh subur. Noh mengatakan, kelangkaan pupuk urea sudah terjadi sejak tahun 2012 lalu saat dibentuknya kelompok petani, sehingga ia pun berharap dengan kedatangan Menteri Pertanian ke Kupang, maka kelangkaan pupuk tidak terjadi lagi.

 
 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com