"Sagu aren sebagai bahan baku tepung seberat 2 ton dicampur dengan dua gelas kaporit ukuran sedang dan setengah kilogram tawas. Tidak banyak," terang Dadang kepada wartawan di lokasi kejadian, Rabu (4/2/2015).
Tahap awal, sagu aren dimasukkan ke wadah besar berdiameter sekitar 1,5 meter. Sagu kemudian dicampur air lalu diaduk hingga sagu mencair. Setelah itu, adonan sagu dicampur kaporit.
"Nah, setelah itu baru dicampur tawas yang sudah dicairkan," katanya.
Adonan sagu kemudian diendapkan satu malam atau 12 jam agar kotorannya mengendap dan bisa dibersihkan.
"Setelah mengendap, air yang tadi mengandung kaporit dan tawas dibuang. Kotoran dan sagu kemudian dipisahkan," tambah Dadang.
Jadi, menurut Dadang, kotoran sagu terdapat di lapisan atas, sedangkan sagu yang akan diolah jadi tepung tapioka berada di lapisan bawah.
"Tinggal dipisahkan. Sebetulnya kaporit tidak dimakan oleh kita, airnya sudah dibuang kok," ungkapnya.
Tepung tapioka yang mengendap kemudian dijemur di bawah matahari. Setelah itu dikemas dan didistribusikan ke perusahaan pembuat tepung tapioka di Surabaya.
"Hasilnya tepung di sini dikirim ke Surabaya untuk di-finishing," tambah dia.
Diberitakan sebelumnya, Satuan Reserse Kriminal Polres Tasikmalaya Kota menyegel sebuah pabrik pengolahan tepung tapioka yang diduga memakai bahan campuran tawas dan kaporit di Kampung Pagaden, Kelurahan Gunung Tandala, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, Rabu (4/2/2015). Petugas yang dipimpin langsung Wakapolres Tasikmalaya Kota Kompol Anton Firmanto langsung memasang garis polisi di sekitar pabrik tersebut.
Menurut Anton, pabrik ini diduga menggunakan kaporit dan tawas dalam memproses bahan mentah berupa sagu aren menjadi barang setengah jadi, tepung tapioka. Pihaknya pun telah memeriksa pemilik pabrik, mandor dan karyawannya. Sampai sekarang, pihak kepolisian masih menyelidiki temuan ini dan menunggu hasil laboratorium pengecekan tepung tapioka hasil pengolahan pabrik tersebut.