Ditemui seusai acara Maulid Nabi yang diselenggarakan di Kantor Bupati di Jalan Ujang Dewa, Rabu (28/01/2015), Bupati Nunukan Basri mengakui ketidaktahuannya itu. "Di mana Kayu Mati? Kalau bicara pos-pos, ada polisi, ada Angkatan Laut, ada tentara, itu mereka yang lebih tahu," ujar Basri.
Lalu, ketika ditanya soal langkah Pemerintah Daerah terhadap pembangunan pos di Tanjung Kayu Mati, Bupati pun meminta awak media menanyakan itu kepada aparat. "Kita Pemda tidak ngurusi perbatasan. Kan pos-pos itu ada tentaranya kan? Ada polisi di situ, ada Angkatan Laut, itu yang mereka tahu. Makanya, kau tanya mereka yang lebih tahu. Kita kesejahteraan saja, bukan urusan itu," kilah Basri.
Pembangunan pos penjagaan di Tanjung Kayu Mati oleh Pemerintah Malaysia selama tiga bulan terakhir dipertanyakan oleh warga Nunukan. Sebab, berdasarkan kesaksian tokoh masyarakat Nunukan, Wahab Kiak, Pos Tanjung Kayu Mati merupakan wilayah Indonesia.
Wahab Kiak memastikan, ada patok perbatasan yang berada di Tanjung Kayu Mati yang terbuat dari kayu ulin. "Di sana, di Kayu Mati itu ada patok, naiknya itu tiga meter dari kayu ulin. Di atas ada panah yang mengarah ke simpang tiga yang bertuliskan sebelah sana Malaysia, sebelah sini Indonesia. Jadi, ujung tanjung itu adalah Indonesia," kata dia.
"Yang saya sesalkan waktu Bulungan berintegrasi dengan RI, kita tidak menjaga perbatasan wilayah. Kenyataan yang kami lihat sebagai warga asli di sini sangat berubah. Di sana ada patok ukuran 22, kayu ulin. Di darat itu masih ada patok," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.