Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Wujudkan Lumbung Ternak di NTT, Pemerintah Bahas Pemanfaatan Hutan Mutis Timau

Kompas.com - 12/01/2015, 03:14 WIB

KUPANG, KOMPAS.com - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya bersama Rektor Universitas Nusa Cendana (Undana) Fred Benu dan tim dari Undana yang terdiri dari Henny Belli, Marthe Mulli dan Michael Riwokah membahas mengenai program kedaulatan pangan daging sapi, Sabtu (10/1/2015) di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pertemuan ini juga membahas rencana pemerintah menjadikan NTT sebagai lumbung ternak.

"Targetnya untuk mengembalikan NTT sebagai lumbung ternak Indonesia dan untuk mengembalikan kualitas bakalan sapi seperti sedia kala," kata Rektor Fred Benu, dalam keterangan tertulis.

Fred Benu mengatakan, kualitas bakalan sapi di NTT sudah sangat menurun. "Oleh karena itu upaya penyiapan ketersediaan daging sebagai konsumsi dan terutama juga akan diiringi dengan program-program breeding sapi", lanjutnya.

Pertemuan ini juga tindak lanjut dari kunjungan Presiden Joko Widodo ke NTT beberapa waktu lalu. Karena itu Siti Nurbaya datang ke NTT untuk membahas ketersediaan lahan untuk grazeland atau lahan penggembalaan seluas minimal 50.000 hektar yang merupakan kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Mutis Timau.

Siti Nurbaya menyambut baik gagasan Universitas Nusa Cendana yang sejalan dengan kebijakan prioritas Presiden. Lebih lanjut, dia memberikan gambaran langkah-langkah dalam mewujudkan gagasan ini yaitu dengan melibatkan Gubernur dan Bupati/Wali Kota serta Menteri Pertanian.

"Untuk IUPKH (izin usaha pemanfaatan kawasan hutan) KPH Mutis Timau bisa diselesaikan sesuai aturan dan terutama dengan konsep keterlibatan masyarakat. Karena konsep kerjanya secara mendasar sesuai arahan Presiden adalah bahwa hutan untuk kesejahteraan rakyat. Kita akan bahas lanjut di kantor kementerian nanti dengan melibatkan beberapa Dirjen termasuk Dirjen Peternakan", kata Siti Nurbaya.

Paparan rektor menunjukkan, produk majemuk dari usaha yang disebut silvopastur tersebut meliputi sapi sebanyak 500.000 ekor; sapi jantan 52.000 ekor pertahun sebagai bibit unggul; daging 6.200 ton per tahun; kayu; pangan palawija; madu hutan;  pupuk organik; dan biogas.

Siti Nurbaya mengatakan, usaha ini dapat dilakukan dalam langkah yang sistematis. "Mulai dari data awal atau baseline data, perekaman pertumbuhan vegetasi dan konsistensi menjaga tanaman, riap serta proses pengembangan biogas untuk memanfaatkan gas metan dari kotoran ternak menjadi energi untuk masyarakat sekitar," kata politisi Partai Nasdem itu.

"Hal ini penting sebagai upaya menahan karbon ke atmosfir. Ini sekaligus merupakan langkah pelembagaan dan internalisasi pemahaman masyarakat secara sederhana mengenai agenda pengendalian perubahan iklim," lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com