Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Malaysia Kembali Deportasi 125 Buruh Migran Indonesia

Kompas.com - 06/01/2015, 07:12 WIB
Kontributor Nunukan, Sukoco

Penulis


NUNUKAN, KOMPAS.com
- Pemerintah Malaysia kembali mendeportasi 125 buruh migran Indonesia (BMI) melalui Pelabuhan Tunontaka, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Para buruh migran tersebut diangkut menggunakan KM Purnama Ekspress yang biasa melayani rute Nunukan Tawau Malaysia dan sandar di Pelabuhan Tunontaka pukul 19:00 Wita.

Berdasarkan surat pengantar dari Kantor Imigrasi Malaysia di Tawau No IM 1o1./S-TWU/E/US/1130/1-6(27) tertanggal 31 Desember 2014akan dipulangkan 125 BMI yang terdiri dari 108 laki laki dewasa, 16 perempuan dewasa dan 1 anak laki dari Pusat Tahanan Sementara Tawau. Kebanyakan BMI yang dideportasi melalui Nunukan dikarenakan memasuki wilayah Malaysia secara ilegal.

Salah satu TKI asal Bulukumba, Sappe, 23, mengatakan, dirinya ditangkap Polis Diraja Malaysia bualn 8 karena tak memiliki dokumen.

“Saya menjalani masa tahanan selama 4 bulan di Tawau. Saya bekerja di perkebunan sawit. Di Malaysia tiada yang menjamin. Rencana mau balik kampung," ujar Sappe Senin (05/1/2015).

Sementara Melly, 35, TKI asal Toraja ini mengaku melahirkan bayi laki lakinya Idham, 3 bulan, di Pusat Tahanan Sementara Tawau dikarenakan idak memiliki dokumen saat ditangkap oleh Polis Diraja Malaysia.

”Saya dipenjara 4 bulan lebih. Saat melahirkan ada kemudahan. Untuk melahirkan dibawa ke rumah sakit. Saya ikut suami pekerja kebun. Saat ini suami masih di Tawau. Nanti akan ke tempat saudara yang ada di Nunukan," ujar Melly yang mengaku akan menunggu dijemput suaminya di Nunukan.

Minimnya penanganan pemulangan BMI di Nunukan membuat sebagian dari mereka tersebut di sinyalir kembali ke Negara Malaysia secara ilegal. Pasca-didata oleh BP3TKI Nunukan, ratusan BMI tersebut akan dijemput penjamin dan menghilang entah kemana.

Ketua BP3TKI Nunukan Edy Sujarwo mengaku tidak bisa berbuat apa apa terkait praktek penjamin TKI oleh warga Nunukan.

“Kita tidak bisa berbuat apa apa karena keterbatasan BP3TKI. Kita tidak memiliki penampungan unuk menampung mereka semua. Dan kebanyakan BMI deportasi ini akan memilih ikut penjamin daripada bermalam di penampungan BP3TKI," ujar Edy Sujarwo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com