Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesal Ijazah Dikhawatirkan Tak Diakui Saat Lamar Kerja, Alumni Segel Kampus UMK

Kompas.com - 06/01/2015, 04:28 WIB
Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere

Penulis


KUPANG, KOMPAS.com
 — Sejumlah mahasiswa memblokir pintu masuk kompleks dan menyegel Kampus Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK), Nusa Tenggara Timur (NTT). Akibatnya, tidak ada aktivitas perkuliahan karena para dosen dan pegawai dilarang masuk ke kampus.

Salah satu alumnus Fakultas Agama Islam, Iwan Besikaria, mengatakan kepada wartawan di kompleks kampus, Senin (5/1/2015), bahwa penyegelan tersebut dilakukan lantaran masalah ijazah mahasiswa nomor induk registrasi lulus (nirel) dan nomor induk registrasi masuk (nirem) yang belum dikeluarkan pihak universitas sejak tahun 2011 lalu.

"Kami mau tanyakan ijazah kami yang belum terdaftar dan disahkan oleh Koordinator Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (Kopertais) Wilayah IV Surabaya atau Kementerian Agama," kata Iwan.

Menurut dia, penyegelan tersebut sebagai upaya untuk mencari simpati terhadap pihak UMK dari Rektor UMK serta Kementerian Agama RI agar permasalahan tersebut segera ditanggapi dan dapat segera terselesaikan sehingga para mahasiswa tidak dirugikan dengan adanya permasalahan tersebut.

"Kami khawatir hal ini suatu saat nanti merugikan banyak mahasiswa saat melamar pekerjaan karena ijazah tidak diakui atau diragukan legalitasnya," kata Iwan.

Iwan mengaku, sebelumnya tidak tahu ada masalah di kampus tersebut. Ia mulai tahu saat ada sejumlah temannya mengikuti tes di program SM3T. Saat itu, menurut panitia penerima anggota baru, ijazah dari Universitas Muhammadiyah di Kupang berstatus illegal, dan nomor induk registrasi lulus serta nomor induk registrasi masuk sejak tahun 2011 belum dikeluarkan oleh pihak universitas.

Sementara itu, salah seorang dosen, yang enggan namanya disebutkan, mengatakan bahwa sebenarnya ada kepentingan politisi di dalam kampus demi kepentingan jabatan, makanya persoalan seperti ini mulai timbul.

"Kalau memang ada permainan untuk kepentingan tertentu, lebih perlu dibubarkan saja kampus ini, atau ditutup saja daripada bikin susah banyak mahasiswa. Adanya persoalan ini sangat disayangkan bagi para wisudawan. Namun, ketika ada persoalan, baru mulai sadar. Kalau mahasiswa tidak tahu persoalan ini, pihak kampus sengaja diam-diam saja," kata sang dosen.

Terkait dengan hal itu, Rektor UMK Sandi Marianto, yang ditemui sejumlah wartawan, enggan memberi komentar.

"Adik-adik wartawan, sementara saya belum bisa memberikan keterangan pers karena ini tidak bisa dipublikasikan. Ini masalah intern saja," kata Sandi singkat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com