Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Empat Hari Tersesat di Pedalaman Rimba Perbatasan Indonesia-Malaysia

Kompas.com - 24/12/2014, 22:57 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

MALINAU, KOMPAS.com - Pagi yang cerah, 17 November 2014, Pratu TNI Agus Yulianto dan tiga prajurit lain pergi mencari air bersih di tengah rimba pedalaman Malinau, Kalimantan Utara.

Dua jam kaki mereka melangkah, air bersih tak kunjung didapat. Pagi itu, menjadi awal mereka tersesat selama empat hari di tengah rimba belantara.

"Jujur, kami takut sekali tersesat di hutan yang tidak kami kenal sebelumnya," kenang Agus saat Kompas.com jumpai pada awal Desember 2014.

Agus adalah salah satu prajurit yang bertugas di Pos Pengamanan Perbatasan (Pospamtas) Desa Apau Ping, Kecamatan Bahau Hulu, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, yang dipindahkan ke Pospamtas Long Bulan bersama dua rekannya per 9 November 2014.

Rencananya, Pospamtas Apau Ping hendak ditiadakan lantaran terlalu jauh dengan patok batas perbatasan Indonesia-Malaysia.

Situasi Pospamtas Long Bulan berbeda dengan Pospamtas Apau Ping. Long Bulan berada di tengah hutan rimba, butuh waktu berhari-hari berjalan dari pos itu ke pedesaan terdekat. Logistik pun harus dikirim memakai helikopter setiap satu bulan sekali.

Pada pagi di pertengahan November itu, para prajurit di Pospamtas Long Bulan kehabisan cadangan air bersih. Hujan yang merupakan sumber air satu-satunya bagi pos ini, tak kunjung turun.

Air tanah di lokasi pos tak bisa diandalkan sebagai sumber air bersih, karena warnanya kemerahan dan berbau tak enak.

"Pagi itu saya sama tiga adik llifting (angkatan TNI) inisiatif mencari air bersih di hutan," ujar Agus.

Tanpa bekal

Pagi itu, mereka sama sekali tak berpikir bakal tersesat berhari-hari di tengah hutan. Mereka tak membekali diri dengan makanan maupun minuman.

Agus hanya berkaos loreng dan bercelana training, begitu juga dua prajurit lain. Satu prajurit lagi bahkan hanya berkaos loreng dan memakai celana selutut.

"Saya hanya bawa senjata laras panjang satu," lanjut cerita Agus. Setiap langkah mereka ayun masih dengan pikiran sumber air tak akan terlalu jauh dari pos.

Di sepanjang perjalanan, hanya ada pepohonan besar--berukuran sepelukan hingga enam pelukan lelaki dewasa--di sekitar mereka. Pemandangan lain hanya semak belukar.

"Kami mengikuti jalan setapak keluar pos. Kami sempat bertemu jalan sama dua kali. Tapi kok ke arah pos lagi, ke pos lagi? Kami merasa aneh kan, akhirnya kami ambil jalur beda," ujar Agus.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com