“Menjadi orang yang berkenan berarti dia harus menjadi orang dengan kualitas hidup yang baik, mulai hati nurani, kata-kata hingga perilakunya,” kata pastur Sudarmadi.
Implementasi perbuatan yang berkenan, menurut Sudarmadi, tidak hanya sebatas dalam hubungan sesama umat Kristiani, tetapi juga harus diterapkan pada umat beragama lain dan alam atau lingkungan sekitar, sehingga akan terwujud kehidupan berbangsa dan bernegara yang penuh kedamaian.
“Dengan siapapun yang disebut ciptaan Allah itu harus dilakukan. Terhadap alam dan lingkungan pun jika perbuatannya tidak berkenan seperti merusak, corat-coret (Masjid Agung Ungaran), itu menimbulkan masalah. Saya pun kalau punya rumah dicorat-coret menjadi tidak berkenan,” tegasnya.
Salah satu pemicu munculnya perbuatan vandalisme itu, kata Sudarmadi, adalah ketidakmampuan mengendalikan diri sendiri. Pada akhirnya muncul kesalahpahaman, kemarahan, iri hati dalam pergaulan dengan orang lain.
“Kalau menjadi orang yang berkenan, dimanapun dia berada tidak akan jadi masalah. Di tetangga tidak masalah, di pekerjaan tidak ada masalah. Nah, Natal ini, kami mengajak orang untuk mengendalikan diri, mulai dari diri sendiri dan keluarga,” bebernya.
Sementara itu, sebelum pelaksanaan misa Natal, petugas dari Polres Semarang dan TNI menyisir bahan-bahan berbahaya yang dimungkinkan bisa mengganggu ketenangan misa jemaat Kristus Raja. Penyisiran menggunakan inspection mirror dan anjing pelacak.
“Langkah ini untuk memastikan seluruh kegiatan ibadah dalam rangka Natal dapat berjalan aman dan lancar,” kata Kapolres Semarang AKBP Muslimin Ahmad.