"Total ada sekitar 2.200 botol plastik bekas yang digunakan untuk membuat miniatur gua Maria ini," kata Albertus Budi Priyanto, ketua Dewan Pastural Gereka Ratu Damai Banyuwangi kepada Kompas.com, Rabu (24/12/2014).
Bukan hanya botol bekas, gua Maria tersebut juga memanfaatkan banner yang tidak dipakai dan juga galon yang digunakan sebagai Palungan petakan bayi Yesus.
"Tidak ada biaya sama sekali karena semuanya merupakan persembahan dari umat paroki," jelas Budi.
Bukan hanya gua Maria dari botol plastik bekas, Budi juga menunjukkan pohon Natal yang diletakkan di tepat di belakang gua tersebut.
"Pohon Natal tersebut dibuat tahun lalu," katanya.
Ia menjelaskan alasan penggunaan barang-barang bekas tersebut agar manusia lebih mencintai lingkungan dan bisa memanfaatkan barang-barang yang dianggap tidak berguna.
"Semua benda yang ada di muka bumi ini bisa dimanfaatkan untuk kepentingan kita walaupun itu katanya barang bekas," jelasnya.
Gereja Maria Ratu Damai sendiri merupakan salah satu gereja tertua yang ada di Kabupaten Banyuwangi yang memiliki 1.500 umat di dalam kota. Gereja tersebut berdiri sejak tahun 1927 dengan pendeta yang melakukan pelayanan berasal dari Jember.
"Setiap 3 bulan sekali pendeta dari Jember datang ke sini untuk melakukan pelayanan. Dulu masih kapel. Menjadi paroki pada 20 September 1947 dan menjadi paroki tertua nomor dua yang ada di Kabupaten Banyuwangi," pungkas Budi.