Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vandalisme di Ungaran Juga Ubah Nama Pahlawan Abas Menjadi "Abas Fredix"

Kompas.com - 24/12/2014, 09:52 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis


UNGARAN, KOMPAS.com — Aksi vandalisme di lantai tiga Masjid Agung Ungaran dan hilangnya kaligrafi Allah di mustaka masjid dilakukan oleh tangan-tangan jahil anggota geng motor di Kabupaten Semarang. Di kawasan Alun-alun Lama Ungaran, nama pejuang juga menjadi korban vandalisme.

Di kawasan itu, banyak tulisan bernada ejekan atau adu kekuatan kelompok. Nama tiga pejuang kemerdekaan, yakni Letda Purn Oesoep, pimpinan Laskar Rakyat H Dahlan, dan anggota BKR Ungaran Abas, juga tidak luput dari aksi vandalisme.

"Pelaku tidak memandang nilai estetika dan jasa pahlawan pengusir penjajah. Itu ditandai dengan coretan tambahan nama anggota BKR Ungaran Abas menjadi 'Abas Fredix', H Dahlan menjadi 'Hari Dahlan', dan Letda Oesoep menjadi 'Oesoep Pengerakizter'," kata Safitri (37), warga Lerep, Ungaran Barat, Rabu (24/12/2014).

Menanggapi maraknya aksi vandalisme di Kabupaten Semarang, Bupati Semarang Mundjirin mengaku prihatin. Dia mengimbau kepada semua lapisan masyarakat untuk ikut merasa memiliki dan merawat keberadaan fasilitas publik yang sudah disediakan oleh pemerintah. Sebab, fasilitas publik tersebut dibiayai oleh negara yang notabene adalah uang rakyat.

"Ayo dipelihara, membangun sedikit saja sudah mahal. Untuk mengecet tembok yang penuh dengan vandalisme kalau berkali-kali ngecet ya jadinya mahal," kata Mundjirin.

Guna mengurangi aksi vandalisme fasilitas publik, Bupati beranji akan menyediakan tembok yang khusus diperuntukkan untuk wahana coret-coret ini. "Kita akan berpikir ke sana, dengan menyediakan tempat khusus mereka bisa menyalurkan bakat tanpa merusak fasilitas umum," ujarnya.

Kasat Reskrim Polres Semarang Iptu Herman Sophian mengatakan, pelaku vandalisme fasilitas publik bisa dikenakan pidana dengan pasal pelanggaran ketertiban umum. Terkait vandalisme di dinding lantai tiga Masjid Agung Ungaran, kata Herman, anggota intelijen sedang mengumpulkan informasi.

"Memang belum ada laporan resmi ke kita. Tapi, laporan dari intel dan pemberitaan media bisa dijadikan acuan," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com