Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Bocah Tewas Tenggelam di Lubang Sedalam 40 Meter

Kompas.com - 23/12/2014, 20:15 WIB
Kontributor Samarinda, Gusti Nara

Penulis

SAMARINDA, KOMPAS.com - Rahmawati menangis pilu di rumahnya di Jalan Padat Karya, Sempaja Selatan, Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), Selasa (23/12/2014). Perempuan berusia 37 tahun ini menangisi kepergian anaknya yang tewas tenggelam di bekas lubang galian tambang yang diduga milik perusahaan tambang batubara PT Graha Benua Etam (GBE) pada Senin (22/12/2014).

Di dalam rumah sederhana yang terbuat dari kayu berukuran 6 X 12 meter itu, Rahmawati terus mengurai air mata. Beberapa ibu tetangga Rahmawati ikut menangis sembari bergantian memeluk Rahmawati. Tak ada yang dapat diucapkan Rahmawati selain terus menyesali kepergian anaknya.

“Sedih rasanya, usianya baru 10 tahun. Tidak ada firasat sebelumnya,” ujarnya sembari terbata-bata.

Anaknya tersebut bernama Muhammad Raihan Saputra. Bocah yang akrab dipanggil Raihan ini meninggal karena tenggelam. Korban diperkirakan tewas sekitar pukul 14.00 siang dan jasadnya baru diangkat pada pukul 17.30 sore oleh Badan Penanggulangan Bencanan Daerah (BPBD) dan tim SAR setempat. Tubuh Raihan didapatkan di kedalaman 8 meter, sementara kedalaman lubang bekas tambang yang berisi air tersebut diperkirakan mencapai 40 meter.

Rahmawati menceritakan, Raihan kecil baru dua hari menikmati masa hari liburan sekolah. “Sabtu kemarin baru ngambil rapor semester ganjil di SDN 009, Pinang Seribu,” ungkapnya.

Perempuan yang sehari-hari berjualan nasi campur dan gorengan itu tidak pernah menyangka anaknya tewas dengan cara yang tak wajar.

“Baru saja kemarin malam dinasihati bapaknya agar tak main jauh-jauh dan ingat pulang kalau sudah waktunya. Sekarang sudah enggak ada,” kenangnya sembari terus menangis.

Disamping Rahma, Misransyah, ayah korban juga tampak menangis.

“Raihan itu suka main bola dan suka bergaul. Ia sangat dikenal luas oleh-anak-anak di sini karena keluwesannya bergaul,” kenang Misran, panggilan akrabnya.

Tewaskan 9 orang

Sejumlah warga mengatakan, lubang bekas tambang yang membawa maut tersebut ternyata sudah dibiarkan menganga dan terisi air sejak tiga tahun lalu. Air di lubang tersebut kerap dipakai mandi dan mencuci pakaian oleh warga sekitar.

“Sudah tiga bulan ini, kami sedot air dengan mesin dan selang di danau bekas tambang itu. Kalau mengandalkan air Sanyo (sumur, red) pasti keruh, sedangkan PDAM juga belum terpasang di daerah sini,” kata Asep, warga Gang Karya Bersama.

Menurut Asep, warga Gang M Tulus dan Gang Saliki juga menggunakan air dari lubang galian yang sama.

“Lubangnya sudah mirip danau, jadi airnya bisa dipakai,” sebutnya.

Meski demikian, keberadaan bekas galian tambang itu tetap dikeluhkan oleh warga. Pasalnya, jarak antara lubang dengan permukiman warga hanya 50 meter.

“Terlalu dekat dengan permukiman, kami takut juga,” ujarnya.

Sementara itu, Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim merilis, Raihan merupakan korban ke-9 yang tewas tenggelam di lubang galian tambang tersebut.

“Raihan adalah korban ke sembilan menyusul delapan anak lain yang tewas di lubang bekas tambang batubara. Tambang itu beracun dan dibiarkan menganga tanpa direhabilitasi,” kata Kasmani dari Jatam Kaltim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com