Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/12/2014, 06:55 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

MALINAU, KOMPAS.com — Siang itu, Kamis (4/12/2014), keriuhan mendadak terdengar dari belakang Pos Pengamanan Perbatasan (Pospamtas) Indonesia-Malaysia di Desa Betaoh, Kecamatan Kayan Hulu, pedalaman Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Suaranya mirip orang menonton pertandingan bola.

Percakapan kami--reporter Kompas.com, Fabian Januarius Kuwado bersama fototografer Fikria Hidayat, dan Kristianto Purnomo--dengan sejumlah prajurit TNI di pos ini pun terhenti. Tak berselang lama, seorang prajurit berlari ke arah kami dan mengatakan, "Si Agus dapat biawak."

Mendengar kabar itu, kami pun bergegas beranjak menuju bagian belakang pos. Kapan lagi melihat biawak ditangkap? Di sana Pratu TNI Agus Yulianto terlihat sedang memegang seekor biawak kecil. "Dia masuk ke pukat yang kami pasang," ujar dia.

"Dimakan enak, ini. Sayang banget masih kecil. Dipelihara saja tunggu sampai gede," timpal prajurit lain yang mengitari Agus. "Paling enak dibakar," timpal yang lain.

Di tengah hiruk pikuk kegembiraan mendapatkan bahan lauk itu, saya tergelitik dengan pukat yang sebelumnya disebut Agus.

Saya pun bertanya kepada prajurit yang berdiri paling dekat untuk apa mereka memasang pukat itu. "Ya buat tangkap ikan, buat tambahan lauk. Di sini kalau beruntung ikannya dapat gede-gede," jawab dia.

Telur istimewa

Sertu TNI Hardika Sheila ini mengatakan, logistik tak bisa dikirim ke pos ini lewat helikopter karena lokasinya tidak memungkinkan diterbangi helikopter. Para anggota TNI di pos ini harus mendatangi Pospamtas lain yang terdekat untuk bisa mendapatkan logistik itu.

Namun, perjalanan ke pos terdekat yang bisa mendapat kiriman logistik memakai helikopter tersebut makan waktu satu hari penuh. Karena itu, bukan kejadian jarang, pos ini kehabisan logistik.

Satu-satunya cara untuk tetap bisa makan cukup layak adalah dengan berkebun, menangkap ikan di sungai, dan berburu binatang liar di hutan. Biawak adalah salah satu yang bisa didapatkan di sini. Untuk membeli makanan di desa, mereka tak punya cukup uang karena mahalnya harga barang dan kebutuhan.

Tiga jam tak terasa kami sudah bercengkerama dengan para prajurit di Pospamtas Desa Betaoh. Hari sudah melewati rembang petang, ketika sesosok tentara lagi tiba di pos ini. Dia langsung duduk di kursi kayu dan melepas sepatu, lalu dikenalkan kepada kami sebagai Sersan Kepala TNI Hendra, Komandan Pospamtas Desa Betaoh.

Seperti sebelumnya diakui oleh anggota pasukannya, Hendra tak menampik bahwa sejak bertugas di sini belum pernah memeriksa kembali patok batas Indonesia-Malaysia. (Baca: Pos Perbatasan: Bermula dari Jalur Tikus, Sekarang Tak Punya Biaya...)

Hendra juga tak menyangkal bahwa untuk menyambung hidup di tempat tugas ini, prajuritnya harus berkebun, menangkap ikan, dan berburu. "Ya beginilah, Mas. Kami jalani saja," ujar dia. (Baca juga: "Menyelami" Rupa Pos Perbatasan Indonesia Malaysia)

Kami hanya bisa terdiam mendengar penuturan langsung para tentara ini. Hendra membuyarkan keheningan beberapa saat itu dengan mengajak kami makan. "Kalau ke sini harus nyobain masakan tentara. Ayo kita makan malam. Seadanya saja," ajak dia.

Rupanya, selagi kami mengobrol, berenang, dan terpesona dengan biawak, sebagian prajurit di pos ini memasak. Menu makan malam kami kali ini adalah nasi dengan sayur nangka, sayur pakis hutan, mi instan, dan telur dadar.

Kompas.com/Fabian Januarius Kuwado Inilah ruang tengah dari Pos Pengamanan Perbatasan Indonesia-Malaysia di Desa Betaoh, Kecamatan Kayan Hulu, Malinau, Kalimantan Utara. Gambar diambil pada 4 Desember 2014.
Belakangan saya baru tahu bahwa telur dadar itu masakan istimewa untuk menghormati kami, tamu bagi pos tersebut. Pada kesempatan lain, telur itu akan disimpan baik-baik untuk stok makanan istimewa.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com