Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Bocah Tewas Tertabrak Dua Kali Rombongan "Sinterklas"

Kompas.com - 20/12/2014, 09:08 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis

MANADO, KOMPAS.com — Pawai rombongan "Sinterklas" di Manado memakan korban jiwa. Mobil salah satu rombongan Sinterklas yang berpawai di Tondano, Minahasa, menabrak seorang bocah berusia empat tahun. Korban tewas saat dibawa ke rumah sakit setempat.

Aparat Polres Minahasa kini sedang mengejar penabrak bocah malang itu.

"Kami segera memproses kasus ini dan akan melakukan pengembangan untuk menangkap pelaku," ujar Kapolres Minahasa AKBP Ronald Rumondor, Sabtu (20/12/2014).

Menurut dia, kejadian ini menjadi tamparan keras bagi organisasi maupun gereja yang menggelar acara Sinterklas.

"Ke depan saya akan menyurati gereja-gereja di Minahasa untuk ketertiban pelaksanaan Sinterklas," ujar Rumondor.

Kecelakaan bermula saat salah satu rombongan Sinterklas melintas di ruas jalan Kelurahan Papakelan, Kecamatan Tondano Barat, Jumat (19/12/2014), sekitar pukul 18.00 Wita. Saat itu, korban Ezeguel Kossoy bersama kakaknya, Rahel (11), berada di seberang jalan. Dari kejauhan, iring-iringan kendaraan rombongan Sinterklas datang melaju.

Salah satu kendaraan yang mengangkut rombongan itu kemudian menyambar Ezeguel yang membuat korban terlempar. Menurut Rahel, setelah disambar, adiknya sempat berdiri kembali. Namun, saat itu, mobil rombongan yang sama, Toyota Avanza hitam, kembali menabrak korban. Korban pun terkapar.

"Saya langsung angkat dia, lalu bawa ke rumah. Bibir dan lututnya berdarah," kisah Rahel.

Sesaat setelah tabrakan itu, lokasi kejadian langsung dikerumuni warga. Mereka mengejar pelaku dan menemukan mobil Toyota Avanza di ujung jalan dalam keadaan kosong. Warga yang marah kemudian membakar kendaraan tersebut. Korban yang sempat dilarikan ke Rumah Sakit Samratulangi Tondano akhirnya tidak tertolong lagi. Ezeguel tewas akibat ulah ugal-ugalan rombongan Sinterklas.

Sebelumnya, salah satu pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Filsafat Seminari Pineleng, Pastor Renwarin, mengatakan keprihatinannya terhadap pelaksanaan acara tahunan Sinterklas yang sudah melenceng jauh dari maknanya.

"Ada pendistorsian makna dari tokoh baik itu. Saat ini, anak-anak muda yang menyelenggarakan kegiatan Sinterklas sudah tidak sesuai dengan tujuannya. Ini harus menjadi perhatian kita bersama," kata Renwarin.

Sudah menjadi tradisi dalam beberapa tahun terakhir, setiap memasuki bulan Desember menjelang perayaan Natal, berbagai kelompok pemuda gereja dan organisasi serta komunitas menyelenggarakan acara Sinterklas. Tujuan awalnya memang baik, mengunjungi anak-anak dan membagikan hadiah Natal serta memberi nasihat untuk melakukan hal-hal bijak.

Namun, dalam pelaksanaannya, banyak pelaksana acara Sinterklas tersebut memanfaatkan momentum itu dengan menggelar pawai di jalan-jalan secara ugal-ugalan. Sambil menggunakan kostum yang sudah tidak lagi mencerminkan tokoh baik, mereka memakai jalan dengan seenaknya sambil berteriak-teriak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com