Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ini Pertama dalam Sejarah, Rumah Saya Kebanjiran"

Kompas.com - 19/12/2014, 13:11 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com
 — Hujan deras yang mengguyur Kota Surabaya, Kamis (17/12/2014) sore hingga malam, mengakibatkan banjir sesaat yang hampir merata di semua wilayah Kota Pahlawan itu.

Berdasarkan pantauan, sejumlah jalan protokol terendam air hujan, seperti di Jalan Basuki Rachmat, Jalan Ahmad Yani, Panglima Sudirman, Kertaya, Gubernur Suryo, dan Darmahusada.

Selain itu, sejumlah kawasan permukiman, yang sebelumnya tidak pernah terendam banjir, akhirnya terendam, seperti di kawasan permukiman Sutorejo, Petemon, dan Rungkut.

"Ini merupakan yang pertama dalam sejarah, rumah saya kebanjiran. Saya tidak menyangka jika bisa banjir. Saya kaget air tiba-tiba masuk ke dalam rumah begitu cepat. Aliran air seperti tsunami kecil," ujar salah satu ibu rumah tangga di kawasan Perumahan Sutorejo Timur, Dian Puspita.

Kawasan permukiman yang berada di Surabaya timur ini pada tahun-tahun sebelumnya tidak pernah banjir. Akan tetapi, hujan yang berlangsung cukup lama kali ini membuat kawasan permukiman ini terendam air. Bahkan, air sudah masuk ke dalam rumah, mulai dari ketinggian 1 cm, 5 cm, hingga 15 cm.

Awalnya, Dian tenang-tenang saja saat hujan deras. Namun, lama-kelamaan, debit air yang ada di depan rumahnya semakin tinggi hingga, tak berapa lama kemudian, airnya masuk ke dalam rumah.

Tanpa berpikir panjang, segala macam berkas penting langsung diamankan di atas meja. Perlengkapan elektronik yang sebelumnya ditaruh di atas lantai pun langsung dipindah ke tempat yang aman. Semua colokan listrik juga di-"steril"-kan.

Sementara itu, semua ruas jalan, khususnya jalan protokol di Kota Pahlawan ini, terendam air. Bahkan, debit airnya lebih tinggi jika dibanding tahun-tahun sebelumnya, misalnya di Jalan Dharmahusada, Jalan Kertajaya, Jalan Manyar. Ketinggian air di daerah ini sekitar 15 cm.

Genangan air menyebabkan kemacetan parah. Bahkan, sejumlah sepeda motor berhenti karena mesinnya mati. Sejumlah kendaraan roda empat, yang sebelumnya diparkir di pinggir jalan, akhirnya dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi agar tidak terendam.

Anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya, Adi Sutarwijono, mengakui, baru kali ini Surabaya banjir parah. Tahun-tahun sebelumnya, kota tersebut tidak pernah seperti ini.

Menurut dia, hal ini disebabkan oleh sikap Pemkot Surabaya yang tidak pernah obyektif dalam memaparkan fakta-fakta yang ada di lapangan. Sering kali, ketika ditanya soal antisipasi banjir, pihak Pemkot Surabaya selalu menjawab bahwa semua hal sudah diantisipasi.

Sayangnya, ketika hujan deras, banjir justru terjadi di mana-mana tanpa ada antisipasi.

"Saya kira, Pemkot harus melakukan evaluasi menyeluruh mengenai tata kota di Surabaya, khususnya kawasan permukiman-permukiman baru dan juga gedung-gedung tinggi," katanya.

Ia menjelaskan, penanganan soal banjir bukan hanya pada seberapa banyak pembangunan box culvert dan juga saluran air, melainkan lebih pada bagaimana kawasan permukiman yang saat ini menjamur di Surabaya tidak menyebabkan banjir.

Tak jarang, kawasan permukiman ini sebelumnya berfungsi sebagai area resapan air. Ketika perumahan dibangun, fungsi resapan air ini menjadi hilang.

"Kalau menurut saya, banjir itu merupakan dampak dari banyaknya pembangunan kawasan permukiman dan juga gedung-gedung tinggi di Surabaya. Sudah saatnya ini dievaluasi, apakah bangunan-bangunan ini mendukung anti-banjir atau tidak," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Bakesbanglinmas Surabaya Soemarno membantah bahwa Surabaya banjir. Menurut dia, ada adalah genangan air karena curah hujan cukup tinggi dan berlangsung selama hampir tiga jam.

Dengan waktu selama itu, sangat wajar ketika genangan air ada di mana-mana, bahkan di daerah yang sebelumnya tidak pernah terdapat genangan.

"Sekarang kami berupaya memaksimalkan pompa-pompa yang ada untuk mengurangi genangan air," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com