Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Renovasi Rumah, Gubernur Sultra Bayar Pekerja Bangunan Rp 5 Miliar

Kompas.com - 12/12/2014, 21:12 WIB
Kontributor Kendari, Kiki Andi Pati

Penulis

KENDARI, KOMPAS.com — Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam merenovasi rumahnya dengan gaya klasik mediterania di atas lahan satu hektar di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Anaiwoi, Kecamatan Wua-wua, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), sejak 2010. Untuk membayar tukang bangunan saja, Nur Alam diduga mengeluarkan uang hampir Rp 5 miliar.

Berdasarkan pengamatan Kompas.com, bagian depan rumah itu dipasang terali bercat hitam setinggi 4 meter. Hal itu tampak kontras dengan jejeran bangunan rumah toko (ruko) di sekitar Kecamatan Wua-wua, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

Bangunan rumah ini sendiri terdiri dari beberapa bagian. Dari depan, rumah dengan cat putih gading itu hanya memiliki bangunan satu lantai. Namun, ketika disusuri ke belakang, rumah ini rupanya terdiri tiga lantai.

Seorang pekerja bangunan yang tengah mengerjakan rumah dan enggan disebutkan namanya mengaku sudah empat tahun bekerja untuk menyelesaikan renovasi rumah pribadi orang nomor satu di Sultra itu. Dia bersama puluhan rekannya didatangkan dari Jawa untuk mengerjakan rumah Gubernur Sultra.

"Sekarang tinggal finishing saja, mungkin sebulan lagi baru kelar. Sekitar empat tahun saya bekerja di rumah Gubernur. Yang kerja bangunan ini semua dari Jawa, ditanggung pulang pergi naik pesawat," katanya saat ditemui di sekitar kediaman Nur Alam, Jumat (12/12/2014).

Menurut dia, rumah pribadi Nur Alam itu tergolong mewah dengan sejumlah fasilitas dua kolam renang, garasi mobil, dan puluhan kamar. Belum lagi sejumlah barang antik juga mengisi rumah tersebut. [Baca juga: Gubernur Sultra Dituding "Cuci" Uang Rp 36 Miliar]

"Wuih, mewah Mbak. Ada banyak patung, pokoknya mewah. Material-material bangunan juga dipesan khusus dari luar Kendari," katanya.

Dia menaksir selama empat tahun direnovasi, rumah mewah itu sudah menelan biaya ratusan miliar. Misalnya, biaya pekerja per hari Rp 150.000 per orang, sedangkan jumlah pekerja saat ini yang tersisa sekitar 25 orang.

"Untuk pekerja saja sebulan bisa Rp 120 jutaan. Itu pun dengan jumlah pekerja saat ini tersisa sekitar 25 orang saja. Dulu pada awal pembangunan (renovasi), tukang yang ada sekitar 50 orang, semua dari Jawa, ke sini naik pesawat semua dan itu ditanggung sama Pak Gubernur (Nur Alam)," ujarnya.

Untuk menambah areal rumahnya, Nur Alam dikabarkan membeli tanah milik tetangganya seharga Rp 1 miliar lebih.

"Kalau tidak salah, awal tahun ini tanahnya ibu guru dibeli, harganya sampai 1 miliar lebih. Saat rumahnya dibangun, ada saya lihat ekskavator," ungkap salah seorang tetangga Nur Alam.

Hingga berita ini diturunkan, Gubernur Sultra Nur Alam belum bisa dikonfirmasi. [Baca juga: Gubernur Sultra: Banyak yang Iri dan Ingin Penjarakan Saya]

Sementara itu, Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Sultra Abu Hasan, yang hendak dikonfirmasi, nomor telepon selulernya tidak aktif.

Untuk diketahui, saat ini Kejaksaan Agung tengah menyelidiki kasus dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU) Gubernur Sultra senilai 4,5 juta dollar AS dari seorang pengusaha asal Taiwan yang bergerak di sektor pertambangan, Mr Chen Lize.

Kapuspenkum Kejaksaan Agung RI Tony T Spontana yang dihubungi melalui telepon selulernya, Jumat sore, mengatakan, kasus dugaan TPPU Gubernur Sultra masih dalam tahap akhir penyelidikan. [Baca juga: Kejagung Segera Umumkan Status Gubernur Sultra Terkait Dugaan TPPU]

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com