Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Kematian Ibu dan Bayi Tinggi, Ini Penjelasan Bupati Semarang

Kompas.com - 12/12/2014, 15:30 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis


UNGARAN, KOMPAS.com - Bupati Semarang, Mundjirin, akhirnya memberikan jawaban atas kritik Fraksi PKS yang menyorot angka kematian ibu dan bayi yang tergolong tinggi.

Menurut Mundjirin, kasus-kasus kematian ibu melahirkan yang tergolong tinggi disebabkan adanya pergeseran penyebab kematian yang sebelumnya disebabkan karena pendarahan dalam perkembangannya ada penyebab lain, yakni pre-eklamsi atau eklamsi, eboli air ketuban dan penyakit jantung.

"Ternyata ada perubahan pola terhadap angka kematian ibu. Tahun sebelumnya, lebih banyak karena pendarahan, sekarang ada juga infeksi, jantung dan tekanan darah tinggi. Kalau junlahnya tahun ini dan kemarin imbang," kata Mundjirin dalam pidato penyampaian jawaban Bupati Semarang atas Pandangan umum fraksi terhadap RAPBD tahun anggaran 2015, di DPRD Kabupaten Semarang, Jumat (12/12/2014) siang.

Sementara itu, pada kasus kematian bayi, bupati yang juga Dirut RS Bina Kasih Ambarawa ini mengatakan, angka kematian bayi sampai tahun 2014 ini antara lain disebabkan karena berat badan lahir rendah, asfiksia, aspirasi dan kongenital.

"Bayi yang mati adalah yang cacat, (lahir) prematur, temasuk akibat penyakit yang kritis," ungkapnya.

Pemkab Semarang, lanjutnya, telah berupaya untuk menekan seminimal mungkin angka kematian ibu dan bayi dengan cara meningkatkan kualitas SDM dengan pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN), Pelatihan Penanganan Gawat Darurat Obstetri Neonatal (PPGDN), Contraseptiv Update (CTU), Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Stimulasi dan Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) dan Konseling Menyusui.

"Kami juga melakukan kajian setiap kasus kematian dengan tenaga ahli yang berkompeten, dan pembelajaran hasil rekomendasi kajian kasus kematian (ibu dan bayi)," ujarnya.

Menanggapi jawaban bupati tersebut, anggota fraksi PKS Muh As'ad mengatakan, jawaban bupati atas pandangan umum fraksinya mengenai angka kematian ibu dan bayi yang tinggi dinilai sangat normatif. Jawaban bupati tidak menunjukkan identifikasi permasalahan yang sesungguhnya.

"Jawabannya normatif, misalnya karena pola makan tidaksehat dan sebagainya. Namun tindakan preventif kurang maksimal. Alat kedokteran yang canggih-canggih belum sampai ke pelayanan masyarakat. semua masih difokuskan untuk kalangan menengah keatas," kata As'ad.

Sebelumnya diberitakan, pada saat digelar rapat paripurna DPRD Kabupaten Semarang yang mengagendakan pandangan umum fraksi terhadap RAPBD 2015, Rabu (10/12/2014) siang, Fraksi PKS mempertanyakan peningkatan angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Semarang. Padahal Bupati Semarang, Mundjirin adalah seorang dokter spesialis kandungan.

Selain masalah kesehatan, hal lain yang disoroti adalah kurangnya sinergi yang dijalin Bupati Mundjirin dengan Pimpinan DPRD. Hal itu mengakibatkan keterlambatan penyerahan RAPBD 2015 yang molor hingga satu bulan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com