Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/12/2014, 20:33 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus penolakan pendirian pabrik semen di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, mendapat perhatian serius dari Komisi Nasional Hak Azasi Manusia.

Komisioner Komisi Hak Azasi Manusia, M Nur Khoiron, Senin (11/12/2014) menyatakan, terdapat pelanggaran hak azasi manusia (HAM) dalam proses pelaksanaan analisis dampak mengenai lingkungan (Amdal) pabrik semen di daerah tersebut. Pelanggarannya terletak pada tidak dilibatkannya seluruh masyarakat dalam pembuatan Amdal. Hak masyarakat mendapatkan informasi tentang kelayakan lingkungan pabrik semen diabaikan.

Menurut Khoiron, tim pembuat Amdal seharusnya membuat Amdal tentang kelayakan lingkungan melibatkan seluruh masyarakat yang terdampak. Namun pada kenyataannya, tim hanya berkonsultasi dengan kepala desa dan keluarganya. Hal itu tentu saja memicu protes dari masyarakat yang tidak mengetahui soal keberadaan pabrik semen itu.

Memang, kata dia, tim penyusun Amdal sudah bekerja sesuai prosedur legalistik. Namun mereka mengabaikan hal-hal yang substansial, yakni transparansi terhadap publik. Menurut dia, idealnya, hasil Amdal itu merupakan dokumen publik karena dibuat dengan melibatkan seluruh masyarakat. Artinya, Amdal itu, jika dibuat secara partisipatif dengan melibatkan seluruh masyarkat, maka tidak akan terjadi penolakan dari masyarakat.

"Tapi ini (kasus Rembang) lucu. Amdal jadi dokumen publik, kok kontra," kata Khoiron.

Selain Amdal, Khoiron juga meragukan independensi tim penyusun Amdal di Rembang. Memang, kata dia, berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup terdapat klausul yang menyatakan bahwa pembuat Amdal adalah tim independen. Namun yang memilih tim independen itu secara politis malah menjadi suporter perusahaan.

"Bagaimana dia bisa independen? Maka wajar masyarakat yang kontra menganggap bahwa Amdal itu subjektif, berpihak kepada perusahaan," tandasnya.

Lanjut Khoiron, konflik antara korporasi dengan masyarakat sekitarnya sebagai akibat dari penyusunan Amdal yang bersifat formalitas ini bukan hanya terjadi di Rembang, tetapi juga di daerah lain. Banyak warga yang menolak sebuah pabrik karena pembuatan Amdal tak transparan dan pelaksananya terkesan memihak perusahaan tersebut.

Menurut dia, kondisi ini merupakan bukti kelemahan aturan hukum tentang lingkungan di Indonesia. Mestinya, pemilihan tim asesmen Amdal itu dilakukan oleh negara sehingga hasilnya bisa benar-benar independen.

Beri masukan

Terkait tindakan Komnas HAM, Khoiron menyatakan, pihaknya sudah merekomendasikan agar PT Semen Indonesia menghentikan dahulu aktivitas di Rembang sebelum ada putusan dari Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Namun rekomendasi itu tak digubris.

Kini, lanjut dia, berdasarkan kewenangan Komnas HAM, pihaknya akan memberikan masukan (amicus curiae) dalam proses sidang di PTUN, terutama yang berkaitan dengan persoalan HAM.

"Kalau soal menggugat, kami setiap hari menggugat pabrik semen," tandasnya.

Diminta bersabar

Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta semua pihak bersabar menunggu keputusan majelis hakim PTUN atas gugatan penerbitan izin lingkungan tersebut. Saat ini gugatan di PTUN terkait izin lingkungan pabrik masih dalam proses. Namun banyak pihak menyayangkan masih beroperasinya pembangunan saat gugatan itu belum juga diputuskan.

Kuasa hukum PT Semen Indonesia Adnan Buyung Nasution juga sudah melakukan pertemuan dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada pekan lalu. Adnan mengatakan, pihak Semen Indonesia terus melakukan berbagai upaya pendekatan secara persuasif serta penjelasan ilmiah pada kelompok masyarakat yang masih menolak. Sehingga diharapkan pembangunan pabrik bukan memberikan dampak negatif melainkan demi kepentingan bersama.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com