Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tawuran Pelajar Hampir Terjadi Sebulan Sekali di Magelang

Kompas.com - 26/11/2014, 21:07 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com – Kapolres Magelang Kota AKBP Zain Dwi Nugroho mengungkapkan, tawuran antar-pelajar di Kota Magelang menunjukkan tren meningkat sejak tahun 2012. Pada tahun 2012 terdapat satu kasus tawuran, lalu meningkat menjadi delapan kasus pada tahun 2013. Pada tahun 2014, kasus tawuran naik lagi menjadi 10 kasus. 

“Hampir setiap bulan terjadi satu kali tawuran. Ini sudah memprihatinkan dan harus segera dicegah agar aksi meresahkan ini tidak terjadi lagi," kata Zain seusai upacara Deklarasi Anti-kekerasan SMA/SMK dan MA se-Kota Magelang, di GOR Samapta, Rabu (26/11/2014). 

Zain melanjutkan, sebagian besar kasus tawuran melibatkan remaja berstatus pelajar SMK. Ada tiga sekolah yang disebut paling sering terlibat aksi anarkistis, yakni SMK Yudya Karya, SMK 45 dan SMK Adipura. Seluruh siswa SMK tersebut lantas mengikuti Prasasti Damai yang dilanjutkan penandatangan ikrar anti-kekerasan di GOR Samapta, Rabu siang. 

Tidak sampai  hanya deklarasi saja, kata Zain, pihaknya akan lebih intensif membangun komunikasi dengan pihak sekolah, orangtua, instansi terkait dan masyarakat untuk menghapus tindakan tawuran pelajar yang kerap meresahkan itu. Termasuk intensif melakukan razia senjata tajam, narkoba dan minuman keras di kalangan pelajar. Dengan harapan, ke depan tidak ada lagi peristiwa tawuran antar-pelajar di Kota Sejuta Bunga ini. 

“Kami terus mengupayakan agar (tawuran) tidak terjadi lagi. Saya yakin dengan keterlibatan semua pihak keinginan baik ini akan terwujud,” ucap Zain.  

Sugino, kepala SMK Yudya Karya menuturkan bahwa penanganan aksi tawuran tidak cukup dilakukan oleh sekolah saja, akan tetapi perlu koordinasi dengan Dinas Pendidikan dan kepolisian. Sejauh ini, pihaknya terus berupaya menekan aksi tawuran yang dilakukan siswa-siswanya, antara lain dengan tidak membiarkan adanya jam pelajaran kosong dan pulang awal.

"Kami berupaya agar tidak ada jam kosong atau pulang awal. Kalau terpaksa kami (guru) ada kegiatan, mending anak-anak diliburkan. Setelah deklarasi ini, kalau ada tawuran lagi, maka sudah kewenangan polisi untuk menindak," tegas Sugino.

Farid Ardiansyah, salah seorang siswa kelas X SMK Yudya Karya, mengungkapkan tawuran seolah sudah menjadi tradisi di sekolahnya. Penyebabnya bermacam-macam, kata Farid, misalnya karena tersinggung dengan perkataan yang diucapkan siswa sekolah lain atau sebagai ajang balas dendam. 

“Biasanya karena ucapan,” ujar Farid yang mengaku belum pernah ikut tawuran itu.

Menurut dia, tawuran kerap dilakukan oleh kakak kelas, dan tidak jarang juga mengajak adik kelas untuk terlibat dengan beragam bujukan hingga ancaman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com