Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Siswa Pingsan Saat Deklarasi Anti-kekerasan di Magelang

Kompas.com - 26/11/2014, 16:21 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com — Sejumlah siswa pingsan saat mengikuti upacara Deklarasi Anti-kekerasan SMA/SMK dan MA di GOR Samapta Kota Magelang, Jawa Tengah, Rabu (26/11/2014) siang. Diduga karena mereka kelelahan dan ditambah kondisi GOR yang pengap karena minim jendela ventilasi.

Pantauan Kompas.com, ada dua siswa peserta deklarasi yang pingsan. Mereka adalah siswa SMK Yudia Karya dan siswi SMK Kesehatan Citra Medika, Kota Magelang. Sedangkan seorang lagi siswi SMK Setya Persada nyaris pingsan setelah sebelumnya terlihat pucat dan merintih kesakitan. Ketiga siswa itu langsung dibawa keluar GOR oleh sejumlah petugas Polres Magelang Kota untuk mendapatkan pertolongan.

“Mereka mungkin kelelahan, lalu sirkulasi udara dalam GOR yang kurang sehingga terasa pengap dan panas,” ujar AKP Esti Wardiani, Kepala Sub-Bagian Humas Polres Magelang Kota.

Salah satu siswa yang pingsan bernama Avico Amansa, siswa SMK Yudia Karya, sempat menjadi petugas upacara dan didapuk menjadi pembaca ikrar Deklarasi Anti-kekerasan di hadapan Wali Kota Magelang Sigit Widyonidito dan ribuan siswa peserta deklarasi.

“Avico ini mungkin capek karena kemarin latihan (menjadi petugas upacara) sampai maghrib. Tapi semua sudah membaik dan dapat kembali ke sekolah masing-masing," ujar salah seorang petugas.

Deklarasi Anti-kekerasan SMA/SMK dan MA Kota Magelang merupakan salah satu upaya awal untuk meredam aksi tawuran pelajar yang kerap terjadi di kota jasa ini. Sebagian besar pelajar yang terlibat tawuran adalah siswa SMK Yudia Karya, SMK Adipura, dan SMK 45. Tiga pelajar perwakilan masing-masing SMK tersebut menandatangani deklarasi damai di hadapan Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito, Kapolres Magelang Kota AKBP Zain Dwi Nugroho, Dandim 0705/Magelang Letkol Arm I Made Gede Antara, dan Kepala Disdik Kota Magelang Djarwadi.

Sebelumnya, para siswa diberi motivasi spiritual oleh motivator Daryanto dan Pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo KH Yusuf Chudlori guna membangkitkan kesadaran siswa bahwa tawuran itu merugikan.

Wali Kota Magelang menyambut baik adanya deklarasi ini. Hal ini merupakan upaya positif dari aparat keamanan dalam menghapus tradisi tawuran. Langkah selanjutnya adalah komitmen bersama untuk mencegah kembalinya tawuran.

“Dampak tawuran tentu merugikan baik siswa sendiri, orangtua, guru, sekolah, maupun masyarakat. Aktivitas warga bisa terhenti, dan tentu kita semua tidak tenang kalau terjadi tawuran,” tutur Sigit.

Kapolres Magelang Kota AKBP Zain Dwi Nugroho menambahkan, pihaknya terus berupaya mengantisipasi aksi tawuran pelajar dengan cara preventif serta senantiasa menjalin kerja sama dengan para guru, komite sekolah, dan instansi terkait.

Dengan Deklarasi Anti-kekerasan tersebut, Zain berharap aksi tawuran tidak terulang kembali pada masa yang akan datang.

“Ini upaya kami menekan aksi tawuran yang masih marak. Ke depan, akan intensifkan kerja sama dengan sekolah, guru, orangtua, dan instansi terkait untuk mengurangi bahkan menghapus tawuran,” ujar Zain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com