Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Kedatangan Presiden, Ratusan Kapal Pukat Harimau "Menghilang"

Kompas.com - 25/11/2014, 09:47 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com — Menjelang kedatangan Presiden Joko Widodo di Bengkulu, Selasa (25/11/2014) sore, ratusan kapal penangkap ikan berperangkat trawl (pukat harimau) yang biasa beroperasi di Perairan Bengkulu menghilang.

"Sejak empat hari lalu, kapal yang biasa menangkap ikan menggunakan trawl di laut Bengkulu menghilang. Mereka tahu Pak Jokowi ke Bengkulu mau dialog dengan kami, nelayan. Kami tahu ada 300 lebih kapal penangkap ikan yang gunakan trawl, dan kami akan cerita ke Pak Jokowi (bahwa) itu musuh kami," kata Ucok, salah seorang nelayan Kelurahan Malabero, Kota Bengkulu, pagi tadi.

Ucok menceritakan, peralatan trawl dan jaring harimau disimpan oleh pelaku saat kedatangan Presiden. Biasanya, alat itu disimpan di hutan atau ditenggelamkan di tengah laut, tetapi diberi pelampung, dan koordinat lokasi dipindai menggunakan GPS.

"Mereka sudah canggih. Mereka tenggelamkan alat trawl di tengah laut. Namun, lokasi penenggelaman alat itu mereka pindai pakai GPS. Kalau Jokowi udah pulang, kan alatnya bisa diambil lagi," ungkap Ucok.

Persoalan trawl merupakan keluhan utama bagi nelayan Bengkulu. Bahkan, mereka menganalogikan bahwa lebih berat untuk menghadapi kapal trawl daripada menghadapi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Kapal dengan trawl muncul di Bengkulu sejak tahun 1986. Kala itu, ada 52 kapal dari luar Bengkulu datang menangkap ikan menggunakan trawl. Awak kapal tersebut kemudian ditangkap oleh nelayan setempat lalu diserahkan kepada polisi.

Namun, satu hari setelah penangkapan, aparat kepolisian melepas kapal trawl. Sejak saat itu, alat tangkap yang merusak tersebut marak di Bengkulu. Perang besar antara nelayan kecil dan pengguna kapal trawl pecah pada tahun 2000. Beberapa kapal trawl dibakar oleh nelayan yang marah.

Pascabentrok tersebut, aktivitas mengambil ikan menggunakan trawl kembali marak hingga saat ini, dan pemerintah seolah tak bertindak. Menanggapi hal ini, Komandan Angkatan Laut (Lanal) Bengkulu Letkol Laut (P) Amrin Rosihan Hendrotomo mengaku mengetahui aktivitas tersebut.

"Saya mengetahui informasi tersebut dari perwira intelijen kami. Aktivitas pengambilan dari trawl memang marak. Mereka merupakan masyarakat nelayan Bengkulu sendiri, yang notebene nelayan kecil. Jika tindakan hukum tegas kami jatuhkan, tentu kasihan. Maka dari itu, langkah-langkah persuasif, seperti diskusi dan dialog, saat ini kami galakkan dengan pelaku yang mencari ikan dengan menggunakan trawl tersebut," kata Amrin Rosihan Hendrotomo, beberapa waktu lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com