Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ada Lansia Ditemukan Hidup di Samping Kandang, Ada Pula yang Tinggal di Kuburan"

Kompas.com - 24/11/2014, 14:26 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


MAGELANG, KOMPAS.com — Salah satu masalah sosial yang kerap luput dari perhatian pemerintah maupun pihak swasta di Kota Magelang, Jawa Tengah, adalah masih banyaknya warga lanjut usia (lansia) yang hidup dalam kondisi memprihatinkan, baik dari sisi kesejahteraan maupun kesehatan.

Fakta tersebut terungkap ketika Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito beserta jajaran stafnya melakukan pemantauan langsung (tilik kampung) ke sejumlah kampung di Kota Magelang belum lama ini.

Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Magelang Wulandari, yang turut mendampingi Wali Kota melakukan tilik kampung, mengungkapkan, ada puluhan warga lansia yang masih hidup dalam kondisi tidak layak. Beberapa di antaranya ada yang tinggal sebatang kara di dalam rumah kumuh, bahkan ada pula yang tinggal di pemakaman umum.

“Kami temukan ada seorang nenek usia 95 tahun yang hidup sendiri di dalam rumah yang kotor, berdampingan dengan kandang burung, di Kampung Malangan. Bahkan ada juga nenek kakak beradik yang tinggal di kuburan di Kampung Cacaban. Kami prihatin melihat kondisi tersebut, seharusnya ini menjadi tanggung jawab kami sebagai pemerintah,” ungkap Wulan, Senin (24/11/2014).

Sebagai langkah awal, pemerintah daerah baru-baru ini telah memberikan bantuan empat kursi roda kepada warga lansia di Kelurahan Tidar Utara dan Rejowinangun Selatan, Kecamatan Magelang Selatan. Meski bantuan tersebut dirasa belum cukup, pihaknya berjanji akan melakukan upaya mencukupi kesejahteraan warga lansia di Kota Sejuta Bunga ini.

“Kami sudah membuat dan mengajukan draf reparda lansia ke DPRD Kota Magelang. Kami harapkan regulasi ini menjadi payung hukum yang dapat melindungi warga lansia. Intinya, draf ini berisi beberapa hal terkait perawatan lansia miskin dan terlantar yang harus dirawat pemerintah,” tandas Wulan.

Pihaknya mengakui bahwa sejauh ini belum dapat memberikan bantuan dari pemerintah berupa rehab rumah, termasuk melalui program PNPM Mandiri. Karena syarat untuk mendapatkan dana rehab rumah dari PNPM Mandiri, kata Wulan, tanah rumah harus sudah bersertifikat. Sementara itu, sebagian besar rumah warga lansia tersebut belum memiliki sertifikat.

Berdasarkan data BPMKB, sebut Wulan, di Kota Magelang terdapat 96 kelompok lansia potensial, masing-masing kelompok beranggotakan 30-35 orang. Setiap kelompok ada di tingkat RW. Menurut Wulan, warga lansia tersebut sekitar 80 persen berjenis kelamin perempuan, terbanyak tinggal di wilayah Kecamatan Magelang Selatan.

Selain itu, banyak pula kegiatan positif yang dilakukan oleh kelompok bina keluarga lansia potensial secara mandiri, di antaranya kegiatan senam, kesehatan, hingga wisata religi. Sedangkan lansia tidak potensial yang tidak ter-cover pada kelompok tersebut diperkirakan mencapai puluhan orang.

Oleh karena itu, Wulan berharap ada wisma lansia di Kota Magelang untuk menampung para lansia tidak potensial itu. Menurut Wulan, wisma lansia berbeda dengan panti lansia yang sudah ada saat ini. Panti lansia khusus diperuntukkan warga lansia yang sudah mandiri, sedangkan wisma lansia hanya diperuntukkan warga lansia yang telantar dan tidak memiliki keluarga.

“Seluruh biaya mereka di wisma lansia ditanggung oleh pemerintah daerah. Sementara tenaga kerja bisa memberdayakan para mahasiswa kesehatan yang sedang mengajukan tugas akhir, lalu bisa juga PNS yang hendak naik pangkat diwajibkan bekerja dahulu di wisma lansia,” ulas Wulan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com