Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yatim Piatu, Gadis Kecil Ini Terpaksa Jadi Penambang Batu demi Adik-adiknya

Kompas.com - 22/11/2014, 13:15 WIB
Kontributor Nias, Hendrik Yanto Halawa

Penulis


NIAS BARAT, KOMPAS.com – Sungguh berat perjuangan hidup seorang gadis belia, Arniman Zai (16). Dengan tangan kecilnya, dia memecah, mengumpulkan, mengangkat batu-batu kecil dari Sungai Oyo, yang berada di Desa Tuwuna, Kecamatan Mandrehe, Kabupaten Nias Barat, Sumatera Utara, guna menghidupi adik-adiknya.

Arniman bersama para tetangganya di  setiap hari menghabiskan waktu seharian di antara bebatuan yang berada di dasar sungai Oyo. Dia merupakan anak sulung dari pasangan Toloni Zai dan Niati Zebua. “Saya sudah tidak memiliki kedua orang lagi karena keduanya sudah meninggal, dan saya yang paling besar, harus bisa menghidupi adik-adik,” katanya, Sabtu (22/11/2014).

KOMPAS.com/HENDRIK YANTO HALAWA Arniman Zai (16) sedang membawa batu dari Sungai Oyo.

Sungai Oyo merupakan salah satu sungai terpanjang dan terbesar di Kepulauan Nias. Sungai ini telah menjadi sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk Desa Tuwuna dan sekitarnya. Di tempat ini mereka melakukan penambangan batu secara tradisional dengan peralatan seadanya.

Terdapat belasan orang laki-laki dan perempuan yang menjadi penambang di tempat ini. Mereka mulai beraktivitas sejak pukul 07.30 - 17.00 dan hanya istirahat untuk makan siang. “Pernah merasa malas bekerja dan berpikir saya capek, sakit, tetapi niat saya bekerja untuk adik-adik saya,” katanya dengan tegar.

Ditempat ini, Arniman Zai, bersama para lelaki menggali batu dari bukit dengan linggis yang kemudian batu-batu tersebut dikumpulkan berdasarkan ukurannya. Tak jarang, dia tak mampu mengangkat bongkahan batu besar.

“Lebih enak menjadi diri sendiri ketimbang merepotkan orang lain, tetap menatap bagaimana bisa bertahan hidup,” ungkapnya.

Pekerjaan mengumpulkan, mengangkat dan memecahkan batu itu sebenarnya bukanlah menjadi bagian pekerjaan para perempuan. Namun demi memenuhi kebutuhan dirinya dan empat adiknya, dia terpaksa melakoninya.

Harga kerikil dan batu hasil tambang para pemecah batu di Sungai Oyo ini bervariasi, untuk sirtu atau split dijual Rp. 500.000/truk, sedangkan kerikil bervariasi antara Rp 300.000 – Rp 600.000 per truk.

KOMPAS.com/HENDRIK YANTO HALAWA Arniman Zai (16) di sela-sela menambang batu di Sungai Oyo, Nias.

Mereka juga menjual pasir seharga Rp 250.000 per truk, sedangkan untuk satu unit mobil bak terbuka berkisar antara Rp 250.000 – Rp 300.000 per unit.

Namun diakui, harga tersebut yang belum sepadan dengan kerja keras mereka, apalagi tidak setiap hari ada konsumen yang datang membeli. Menurut Arniman Zai, mereka tidak punya pilihan lain, meski risiko pekerjaan ini lumayan berbahaya. "Tangan saya sempat luka saat memecahkan batu," katanya lirih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com