Terdapat belasan orang laki-laki dan perempuan yang menjadi penambang di tempat ini. Mereka mulai beraktivitas sejak pukul 07.30 - 17.00 dan hanya istirahat untuk makan siang. “Pernah merasa malas bekerja dan berpikir saya capek, sakit, tetapi niat saya bekerja untuk adik-adik saya,” katanya dengan tegar.
Ditempat ini, Arniman Zai, bersama para lelaki menggali batu dari bukit dengan linggis yang kemudian batu-batu tersebut dikumpulkan berdasarkan ukurannya. Tak jarang, dia tak mampu mengangkat bongkahan batu besar.
“Lebih enak menjadi diri sendiri ketimbang merepotkan orang lain, tetap menatap bagaimana bisa bertahan hidup,” ungkapnya.
Pekerjaan mengumpulkan, mengangkat dan memecahkan batu itu sebenarnya bukanlah menjadi bagian pekerjaan para perempuan. Namun demi memenuhi kebutuhan dirinya dan empat adiknya, dia terpaksa melakoninya.
Harga kerikil dan batu hasil tambang para pemecah batu di Sungai Oyo ini bervariasi, untuk sirtu atau split dijual Rp. 500.000/truk, sedangkan kerikil bervariasi antara Rp 300.000 – Rp 600.000 per truk.
Namun diakui, harga tersebut yang belum sepadan dengan kerja keras mereka, apalagi tidak setiap hari ada konsumen yang datang membeli. Menurut Arniman Zai, mereka tidak punya pilihan lain, meski risiko pekerjaan ini lumayan berbahaya. "Tangan saya sempat luka saat memecahkan batu," katanya lirih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.