Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unjuk Rasa Warga dan Mahasiswa Berlanjut, Aktivitas di Buton Lumpuh

Kompas.com - 21/11/2014, 16:06 WIB
Kontributor Kendari, Kiki Andi Pati

Penulis

KENDARI, KOMPAS.com — Unjuk rasa warga dan mahasiswa di Pasarwajo, Kabupaten Buton, berlanjut, Jumat (21/11/2014). Bahkan, aksi ribuan orang itu mengakibatkan lumpuhnya aktivitas masyarakat dan perkantoran di wilayah itu.

Sebelumnya, kemarin, ratusan warga dan mahasiswa menuntut janji Bupati Buton, Samsu Umar Abdul Samiun, untuk tetap berkantor di Pasarwajo dan berakhir ricuh. Bupati Buton terkena pukulan saat melindungi seorang demonstran yang dianiaya petugas dalam pengamanan unjuk rasa itu.

Saat ini, warga dan mahasiswa memblokade semua jalan masuk ke Pasarwajo sehingga aktivitas menjadi lumpuh. Mereka menutup jalan dengan batu dan kayu serta membakar ban bekas. Itu dilakukan sebagai bentuk kekecewaan mereka atas tindakan polisi yang dinilai sangat arogan dalam penanganan aksi unjuk rasa.

"Kami lumpuhkan seluruh kegiatan perkantoran dan masyarakat karena pihak polisi sangat brutal saat menangani unjuk rasa. Terus waktu aksi kemarin tidak benar kami anarkistis, malah di pihak kita ada delapan orang yang terluka, dan bukan kami yang memukul Bupati," ungkap Zikir, koordinator Gerakan Pemersatu Rakyat Buton (Gapura), Jumat (21/11/2014).

Dia juga mengecam tindakan aparat Kepolisian Buton yang mengeluarkan tembakan gas air mata saat membubarkan demo jalan poros Pasarwajo.

"Mulai pukul 22.00 Wita sampai tengah malam, polisi membabi buta sehingga ada enam orang anak-anak dalam rumah warga sakit karena terkena gas air mata," katanya.

Warga dan mahasiswa, kata Zikir, kini berkumpul di Baruga atau rumah adat dekat masjid dalam Kota Pasarwajo. Mereka bahkan enggan bernegosiasi dengan aparat pemerintah maupun pihak keamanan yang meminta untuk membuka akses jalan.

"Kita akan aksi sampai malam. Kami masih menunggu pertemuan dari tim Propam Polda Sultra dan Dandim Buton yang akan digelar pukul 19.00 Wita nanti malam, kami tidak mau ada Kapolres Buton dalam pertemuan," kata Zikir.

Dia juga menyatakan, Kapolres Buton harus dicopot dari jabatannya karena tidak mampu menangani dan mengendalikan anggotanya saat penanganan aksi unjuk rasa.

Seperti diberitakan, unjuk rasa ratusan warga yang tergabung dalam Gerakan Pemersatu Rakyat Buton di depan rumah jabatan, Kamis (20/11/2014), berakhir dengan bentrokan antara pendemo dengan polisi dan petugas satuan polisi pamong praja. Akibatnya, sejumlah demonstran terluka karena dianiaya petugas.

Bentrokan terjadi setelah demonstran yang terdiri dari puluhan ibu-ibu meneriakkan Umar (Bupati Buton) dengan kasar. Tidak terima pimpinannya diteriaki, petugas satpol PP tersulut emosi sehingga nyaris terjadi adu jotos dengan para pengunjuk rasa.

Kapolres Buton AKBP Fahrurrozi berusaha menenangkan warga. Namun, pada saat bersamaan, tiba-tiba terjadi keributan di samping rumah jabatan. Puluhan aparat langsung berusaha menangkap para demonstran hingga keributan kembali terjadi. Saat itulah, aparat kepolisian langsung memukul para demonstran yang mereka tangkap, juga menghujaninya dengan pukulan dan tendangan.

Sejumlah demonstran yang diamankan pun terluka. Aksi polisi terus berlanjut dengan menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa. Bahkan, sejumlah demonstran yang diamankan di rumah jabatan dianiaya aparat satpol PP dan polisi.

Melihat kejadian itu, Bupati Umar sempat keluar dari rumahnya untuk menenangkan aparat yang bertindak kasar kepada demonstran. Ia juga sempat melindungi salah seorang demonstran yang menjadi "bulan-bulanan" aparat. Namun, justru ketika itulah sang Bupati mendapat pukulan tepat di kepalanya. Sayangnya, tidak diketahui siapa yang melakukan pemukulan itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com