Alat yang ditemukan alumnus Universitas Surabaya (Ubaya) Jurusan Teknologi Informatika, Sugiharto Tjokro, itu diharapkan akan membantu program pemerintah meningkatkan konsumsi BBM non-subsidi.
"Saat ini, ada 12 juta kendaraan yang harusnya memakai BBM non-subsidi, tapi masih memakai BBM bersubsidi. Ini yang membuat APBN terus merugi," kata dia, Kamis (20/11/2014).
Alat tutup tangki itu terbuat dari bahan plastik yang diletakkan dalam tangki mobil. Diameter lubang alat tersebut diatur sesuai dengan nozzle BBM non-subsidi di SPBU. "Di alat ini ada magnet yang berfungsi otomatis menolak pengisian premium, karena mobil harusnya diisi pertamax," kata dia.
Sugiharto menjelaskan, tutup tangki ini juga dilengkapi dengan katup yang bisa dibuka ketika nozzle dari SPBU tersebut pas pada diameter lubang. Jika pengguna pertamax memaksakan untuk mengisi premium maka nozzle tidak bisa masuk.
Alat tersebut, kata Sugiharto, juga dilengkapi segel yang terintegrasi dengan sistem kilometer jarak pemakaian mobil. "Hemat saya, disegel itu pihak pemerintah bisa berperan dan mengawasi. Pemilik mobil bisa dikenakan denda jika segel rusak," kata dia.
Alat itu tergolong mudah digunakan dan mudah diaplikasikan dibanding dengan teknologi yang sebelumnya pernah diekspos yakni, radio frequency identification (RFID). RFID memiliki sistem yang rumit dan tidak mudah diterapkan.
Alat tersebut dijual Rp 200.000 per unit. Dia berharap alat tersebut bisa diproduksi secara massal sehingga bisa dijadikan alternatif upaya mengontrol 12 juta pemilik kendaraan yang masih gemar menggunakan BBM non-subsidi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.