Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demo Mahasiswa di Bandung Ganggu Pengiriman BBM

Kompas.com - 20/11/2014, 13:12 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Unjuk rasa seratusan mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Bandung di depan Terminal bahan bakar minyak (BBM) Bandung Grup Ujungberung, sempat menghambat pengiriman BBM ke SPBU. Truk-truk tangki Pertamina yang hendak keluar gerbang, memilih diam ketika melihat mahasiswa berdatangan.

Setidaknya terlihat ada empat truk besar bermuatan 2.400 liter BBM yang batal pergi ke SPBU. Para sopir memilih untuk tidak melanjutkan perjalanan dan menunggu demo bubar. “BBM dari Terminal BBM Bandung Grup Ujungberung biasanya dikirim ke SPBU-SPBU sekitaran Bandung, Sumedang, dan Garut,” ujar Anom, salah satu tukang parkir Pertamina di Bandung, Kamis (20/11/2014).

Setelah unjuk rasa berakhir sekitar pukul 12.00 WIB, gerbang Pertamina kembali dibuka. Begitu dibuka, sejumlah truk Pertamina berhamburan mengantarkan BBM.

Aksi seratusan mahasiswa PMII ini berlangsung mulai pukul 10.00 WIB. Mereka menolak kenaikan harga BBM. Sebelum berorasi mereka sempat tidur di jalan dan membuat jalanan macet. Setelah itu pun mereka menggelar aksi teaterikal dengan membawa keranda mati berwarna merah bertuliskan "Nurani Mati".

Di samping kiri dan kanan terdapat sejumlah mahasiswa sekarat dan mati. Mereka menggambarkan bagaimana kebijakan kenaikan harga BBM telah membuat rakyat sengsara. Usai melakukan aksi teaterikal dan orasi, para pengunjuk rasa mendorong-dorong pagar Pertamina yang dijaga ketat polisi.

Salah satu pengunjuk rasa, Ibnu Mahbub mengatakan, kenaikan harga BBM bukan solusi untuk menyejahterakan rakyat, tapi kenaikan BBM adalah bentuk kekerasan negara terhadap rakyat. "Sangat jelas dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang menyatakan, bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat" kata dia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com