Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Mau Bayar Tarif Rp 30.000, Penumpang Dipaksa Turun di Jalan

Kompas.com - 20/11/2014, 09:17 WIB
Kontributor Polewali, Junaedi

Penulis

PINRANG, KOMPAS.com — Arogansi para sopir angkutan umum yang menaikkan tarif angkutan secara sepihak benar-benar membuat penumpang di Pinrang, Sulawesi Selatan, gerah. Hanya karena tak mau membayar tarif angkutan hingga Rp 30.000 dari tarif sebelumnya hanya Rp 20.000 per penumpang, sejumlah penumpang angkutan antarkota Polewali-Pinrang diturunkan paksa oleh para sopir. Peristiwa ini terjadi pada Rabu (19/11/2014) kemarin.

Tri Hardiyanti, penumpang asal Binuang-Pinrang, misalnya. Dia mengaku turun dari mobil angkutan lantaran sopir angkutan yang ditumpanginya meminta tarif tinggi di tengah jalan. “Semula penumpang naik, namun di tengah jalan sopir menyampaikan kenaikan tarif angkutan hingga Rp 30.000, padahal biasanya hanya Rp 20.000 saja. Belum lagi sopir menaikkan tarif lebih tinggi,” ujar Tri.

“Karena saya merasa dizalimi dengan cara diminta membayar tarif tinggi, dan menurut saya itu tidak adil. Saya akhirnya memilih turun dan menunggu angkutan lain meski saya kesal,” ujar Tri lagi.

Naila, ibu rumah tangga dua anak ini, juga mengeluhkan sikap sebagian sopir yang seenaknya menaikkan tarif angkutan di luar batas kewajaran. Sejumlah sopir dinilai justru memanfaatkan situasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) untuk mengeruk pendapatan yang tidak halal.

“Saya terpaksa bayar Rp 35.000 karena sudah telanjur naik mobil dan dua anak saya. Karena repot naik turun kendaraan, apalagi ada dua anak saya. Akhirnya saya hanya pasrah saja meski saya sangat kesal,” ujar Naila.

Naila berharap agar pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan bersama Organda bisa segera membuat ketentuan tarif angkutan yang mempertimbangkan kepentingan semua pihak, termasuk daya beli penumpang.

“Kalau tidak ada sosialisasi ketentuan tarif baru, para sopir kan seenaknya menaikkan tarif tanpa mempertimbangkan kepentingan penumpang. Harusnya ketentuan tarif sudah ada agar bisa jadi patokan semua pihak," kata Naila.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com