Kepala Desa Semunti Bagalu mengatakan, dari 80 keluarga yang ada di desa itu, sebanyak 50 keluarga terpaksa mencari pekerjaan di Nunukan, karena semakin sulit mencari kayu gaharu yang semula menjadi pekerjaan utama mereka.
“Mereka memilih mencari kerja di sini. Menjadi kuli tebas kalau ada yang suruh atau bekerja rumput laut memasang bibit. Mereka keluar dari kampung karena sulit cari uang di kampung. Apalagi di kampung tidak tersentuh pembangunan, terutama penerangan, pendidikan, kesehatan, jalan juga belum ada di situ, komunikasi juga susah di kampung saya,” ujar Bagalu, Kamis (13/11/2014).
Kemiskinan juga membuat 20 keluarga di Desa Semunti eksodus ke Malaysia. Kebanyakan dari mereka menjadi pekerja di kebun sawit milik warga Malaysia. “Mereka sudah 10 tahun menetap di Malaysia. Mereka menetap di Nabawan Sabah Malaysia. Empat jam dari Desa Semunti pakai longboat. Kebanyakan mereka bekerja di kebun sawit. Kebanyakan mereka masih berkewarganegaraan Indonesia,” imbuh Bagalu.
Dengan demikian, kini tinggal 10 keluarga yang tinggal di Desa Samunti. “Itulah, saya harap Pemerintah memperhatikan nasib kami dengan membangun desa kami. Kalau pembangunan di kampung kami ada, mungkin mereka akan kembali ke kampung. Sekarang mereka pulang kalau ada kawinan. Karena mau pulang juga mahal. Biayanya Rp 600 ribu naik speedboat. Butuh 2 hari untuk pulang ke desa,” ujar Bagalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.