Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Firasat Sang Pawang Sebelum Kerbau Bule Tewas Ditombak

Kompas.com - 05/11/2014, 19:16 WIB
Kontributor Surakarta, M Wismabrata

Penulis

SOLO, KOMPAS.com — Raut muka pawang kerbau bule, Sukir (43), masih terlihat sedih setelah salah satu koleksi pusaka Keraton Surakarta, Kiai Bagong, mati pada Selasa (4/11/2014) lalu. Srati (abdi dalem khusus merawat kerbau bule) tersebut mengaku sudah mendapatkan firasat sebelum kematian Kiai Bagong.

Sukir mengaku perilaku Kiai Bagong mendadak berbeda. Kerbau ini sering memisahkan diri dari kawanan lainnya dan tidak lagi menuruti saat disuruh Sukir.

"Saya merasakan memang agak beda, biasanya nurut, dan sering menyendiri," kata Sukir kepada sejumlah wartawan, Rabu (5/11/2014).

Tepat pukul 19.00 pada Selasa malam, Kiai Bagong mati dan segera dikuburkan di area Alun-alun Kidul Keraton Surakarta. Sementara itu, pihak Keraton Surakarta menjelaskan bahwa Kiai Bagong sempat ditusuk di bagian perut bagian kiri dan pangkal kaki bagian kanan. Luka sedalam lebih kurang 10 sentimeter tersebut diduga menjadi penyebab kematian kerbau bule tersebut.

Penusukan Kiai Bagong terjadi beberapa waktu lalu saat kerbau ini mencari makan di daerah Grogol, Solobaru, Sukoharjo, Jawa Tengah.

"Ya, Kiai Bagong memang sedang masa penyembuhan setelah ditusuk oleh orang tak dikenal di daerah Grogol. Keraton sudah mengundang tim dokter untuk melakukan operasi dan mengambil mata tombak di tubuh Kiai Bagong," kata Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Surakata, Kanjeng Pangeran Winarno, saat dihubungi melalu telepon.

Berita kematian salah satu ikon masyarakat Solo saat malam 1 Suro tersebut membuat banyak warga menyempatkan diri untuk melihat kuburan Kiai Bagong. Salah satu warga Solo, Kusuma, menyayangkan ada oknum yang mencederai salah satu aset Keraton Solo.

"Sayang, kok ada yang tega menusuk kebo bule, wong enggak salah apa-apa. Itu kan bisa jadi tontonan unik, Mas," katanya kepada Kompas.com.

Saat ini di Keraton Surakarta tersisa 11 ekor kerbau bule keturunan Kiai Slamet. Pihak Keraton merelakan kepergian Kiai Bagong dan tidak berniat untuk melaporkan ke pihak berwajib terkait aksi penusukan tersebut.

"Biarkan saja, Mas, tidak perlu dikejar pelakunya. Saat ini sudah ada 11 ekor di Solo dan 9 ekor di Boyolali," kata Kanjeng Winarno.

 
 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com