Warga mengeluh lantaran pembagian tikar yang dilakukan petugas posko bantuan di kawasan itu tidak merata. Akibatnya, sejumlah warga terpaksa tidur hanya beralaskan terpal.
“Biarkan kita tidur dengan beralas koran saja. Kita ini pengungsi. Itu (tikar) hak kita, mengapa tikar-tikar itu tidak dibagikan kepada kita? Bisa dilihat sendiri kita hanya tidur beralaskan terpal, padahal ada banyak tikar bantuan,” keluh Leha, salah seroang pengungsi saat ditemui Kompas.com di lokasi pengungsian, Selasa.
Dia kesal karena sebagian pengungsi mendapat jatah tikar, sementara lainnya tidak. Padahal, kata Leha, bantuan itu sangat dibutuhkan untuk tidur para pengungsi.
"Hanya anak balita saya yang dapat jatah tikar, itupun tidak ada selimut, sedangkan saya dan suami tidak. Kita terpaksa tidur di atas terpal dengan kondisi dingin,” ujarnya.
Akibat tempat tidur tidak layak, Leha mengeluh sakit di bagian tubuhnya ketika bangun tidur. Dia juga mengeluh karena stok tikar yang ada di posko bantuan belum juga dibagikan kepada pengungsi, padahal mereka sangat membutuhkannya.
“Ini hak kita, mengapa itu tidak dibagikan? Mengapa juga kita dibiarkan tidur dalam kondisi seperti ini,” kesalnya.
Menanggapi keluhan pengungsi tersebut, salah satu petugas Badan penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ambon yang berada di posko pengungsi mengatakan bahwa stok tikar yang tersedia sangat terbatas. Untuk sementara tikar hanya dibagikan untuk balita dan para lanjut usia (lansia).
“Karena stok yang terbatas kita data dulu baik-baik. Kalau kita kasih (tikar)ke sini, nanti yang di sana bilang apa? Jadi setelah didata semua baru kita bagikan biar semuanya dapat,” ungkap Dula kepada para pengungsi.