Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengharukan, Tradisi Usap Kepala Anak Yatim di Magelang

Kompas.com - 03/11/2014, 21:39 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com – Isak tangis pecah sesaat setelah tradisi pengusapan anak yatim di Desa Plosogede, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang, dimulai. Tradisi yang digelar di Pondek Pesantren Darussalam itu diikuti oleh puluhan anak yatim dan ribuan warga sekitar.

Para anak yatim duduk berjejer rapi di kursi plastik yang diletakkan di tengah jalan. Anak yatim laki-laki berada di sisi kiri, sedangkan anak perempuan di sisi kanan. Ribuan warga lantas mengantre mengusap kepala dan mencium rambut mereka satu per satu. Ada juga yang saling berpelukan.

Beberapa anak yatim itu tampak menitikkan air mata. Mereka teringat akan orangtua yang telah meninggal dunia. Sejumlah warga pun terlihat tidak kuasa menahan tangis haru. Suasana semakin syahdu karena tradisi ini diiringi alunan bacaan tahlil, tahmid dan takbir oleh para santri Ponpes Darussalam.

Selepas mengusap anak yatim, warga kemudian memberikan santunan yang dimasukkan ke dalam kotak amal yang tersedia.

“Kami ingin meneladani Nabi Muhammad SAW bahwa barang siapa mengusap dan memberikan santunan kepada anak yatim di tanggal 10 Muharram, maka akan mendapatkan pahala dan bahkan dibalas berlipat ganda,” kata Syaiful Anam, panitia tradisi mengusap anak yatim, Senin (3/11/2014).

Anam menjelaskan, di Desa Plosogede, tradisi ini sudah digelar sejak sembilan tahun silam. Tahun ini diikuti oleh setidaknyan 87 anak yatim dengan usia rata-rata 1 hingga 12 tahun. Mereka tidak hanya berasal dari Desa Polosgede, tetapi juga dari desa sekitar sepert Desa Blongkeng, Kecamatan Ngluwar dan Desa Sirahan, Kecamatan Salam.

“Kami tidak menentukan berapa nominal santunan. Seikhlasnya saja. Khusus untuk anak yatim di atas usia 12 tahun mereka tidak ikut pengusapan, hanya dapat santunan saja,” jelas Anam lagi.

Menurut Anam, anak yatim terkecil berusia satu tahun atas nama Eliska Putri Nabila. Warga Dusun Jatisari, Desa Blongkeng tersebut menjadi yatim setelah ayahnya meninggal karena kecelakaan lalu lintas.

Kiai Rohmad, pengasuh Ponpes Darussalam, menambahkan bahwa seluruh dana santunan warga yang terkumpul, dihitung dan dibagikan merata kepada seluruh anak yatim untuk biaya pendidikan dan kebutuhan sehari-hari. Pihaknya berharap, kegiatan tersebut menjadi pelajaran bagi masyarakat untuk senantiasa menebar kasih sayang, khususnya kepada para anak yatim, sebagaimana telah dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW.

“Kami tidak ingin akan yatim putus sekolah dan mengaji karena terkendala biaya,” tandas Kiai Rohmad.

 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com