Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angklung dan Persatuan Bangsa

Kompas.com - 03/11/2014, 19:35 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com – Angklung tak hanya alat musik. Angklung merupakan alat perdamaian, pemersatu bangsa, dan alat untuk menumbuhkan semangat nasionalisme.

Pada mulanya, angklung merupakan alat musik yang identik dengan ritual keagamaan. Di mana ada ritual keagamaan, di sanalah suara angklung bergema. Namun suatu hari, angklung dimainkan secara masal. Suara yang dihasilkan begitu kencang sehingga menumbuhkan semangat nasionalisme orang yang memainkan ataupun mendengarnya.

“Begitu mendengar nada-nada angklung yang dimainkan secara masal, tiba-tiba Belanda merasa takut. Di tengah rasa takut ini, Belanda melarang permainan angklung, dan saat itu angklung hanya dimainkan oleh pengemis,” ujar Direktur Utama Saung Angklung Udjo (SAU), Taufik Hidayat Udjo, Senin (3/11/2014).

Seiring dengan kondisi Indonesia yang mulai membaik, Daeng Soetigna, bapak angklung Indonesia mengembangkan angklung diatonis. Salah satu tempat yang digunakan Daeng untuk mengembangkan angklung adalah pramuka. Di sini pulalah, angklung mulai bangkit kembali.

Daeng memiliki murid, salah satunya Udjo Ngalagena. Di tangan Udjo, gaung angklung semakin membahana. Jika dulu, angklung dikenal sebagai alat musik ritual dan pendidikan, Udjo memasukkan unsur industri dan hiburan ke dalamnya. Udjo pun mendirikan sanggar bernama Saung Angklung Udjo (SAU) di Jalan Padasuka, Bandung.

“Kini, angklung sudah dikenal luas di mancanegara. Banyak pemimpin dunia yang telah memainkan angklung. Bahkan seluruh presiden Indonesia (kecuali Gus Dur) pernah memainkan angklung,” ucap Taufik.

Pemersatu bangsa

Taufik menambahkan, banyak kisah menarik pemimpin negara saat bermain angklung. Seperti yang terjadi tahun 2000-an saat para pemimpin dunia berkumpul di suatu tempat. Mereka terlihat serius hingga angklung interaktif dimainkan. Seluruh peserta memegang angklung dan bersiap mengikuti aba-aba sang komando. Hanya satu orang yang tidak memegang angklung, ia adalah Pangeran Andrew dari Inggris. Ia hanya bersedekap.

“Tapi begitu lihat kanan-kiri, ia ambil angklung yang ada di depannya dan ikut bermain di bawah komando komandan angklung dengan begitu gembira,” imbuhnya.

Hal luar biasa lainnya adalah ketika pemimpin Korea Utara dan Korea Selatan berdampingan bermain angklung. Mereka berdua tertawa dan berkonsentrasi memainkan angklung mengikuti komando perwakilan SAU.

“Mungkin mereka tidak sadar kalau sedang bersebelahan. Tapi itu merupakan pemandangan yang tak biasa. Di mana negara yang saling bermusuhan, bisa duduk berdampingan dan tertawa. Itu semua karena angklung,” terangnya.

Salah satu kejadian yang membuat Taufik bangga adalah saat Hillary Clinton memesan satu set angklung ke SAU. Ia tertarik pada angklung setelah dirinya bermain bersama 44 menteri luar negeri ASEAN di Bali 2011 silam. Hillary begitu antusias, fokus, dan tertawa mengikuti arahan komandan angklung.

“Seperti pola permainan angklung yang saling membutuhkan, kerja sama, dan saling mengerti, maka angklung pun akan tetap menjadi alat pemersatu dunia,” katanya.

Salah satu tokoh Indonesia yang kepincut angklung adalah Anies Baswedan. Bahkan, dalam debat kandidat di Konvensi Partai Demokrat Februari 2014 lalu, Anies menawarkan gaya kepemimpinan ala bermain angklung, yakni memberikan arahan, waktu, lalu muncul harmoni dan semua bergerak untuk membuat harmoni yang indah. Anies percaya jika semua bergerak seirama, maka dapat membuahkan hasil yang diinginkan.

“Saya berharap banyak pada Pak Anies. Ia pernah datang ke sini bersama Pak Jokowi. Saat itu saya sampaikan sebagian persoalan angklung, termasuk harapan agar angklung dipelajari di sekolah. Saat itu, Pak Anies mengiyakan, dan semoga beliau bisa mewujudkannya,” imbuh Taufik.

 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com