Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WNA Ilegal Ditangkap, Motif dan Tujuan Kedatangan Belum Diketahui

Kompas.com - 01/11/2014, 19:43 WIB

BALIKPAPAN, KOMPAS.com — Sebanyak 101 warga Tiongkok yang diduga masuk secara ilegal ditangkap di Balikpapan, Kalimantan Timur, selama sepekan terakhir. Penangkapan terakhir sebanyak 57 orang pada Jumat (31/10/2014) dari dua rumah di kawasan perumahan elite di Balikpapan Baru. Sebelumnya, Rabu lalu, sempat diamankan 45 orang.

"Dari 102 orang yang diamankan itu, satu WNA di antaranya melarikan diri. Satu lagi berinisial J, warga Indonesia. Dia bertugas sebagai koki," kata Subardiyono, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Balikpapan.

Berdasarkan pengakuan J, menurut Subardiyono, dirinya tidak tahu tentang keberadaan warga Tiongkok ilegal itu di Balikpapan sebab tugasnya hanya memasak. Sejauh ini belum banyak informasi bisa digali karena pendatang asing ilegal tersebut mengaku tidak mengerti bahasa Inggris secara lisan dan tertulis.

Mayoritas tidak bisa menunjukkan paspor. Mereka mengaku paspor dipegang seseorang tanpa menunjuk dan memberi tahu identitas yang bersangkutan. Beberapa dari mereka menunjukkan paspor. "Itu pun visa habis pada 20 Oktober lalu," kata Subardiyono.

Parmadi, Kepala Subseksi Ketertiban Rumah Detensi Imigrasi Balikpapan, mengutarakan, pihaknya menunggu instruksi dari Konsulat Jenderal dan Kedutaan Besar RI terkait nasib para WNA ini. "Deportasi tentu akan dilakukan segera," ujarnya.

Cluster Denhaag dan Amsterdam adalah kawasan elite di kompleks Balikpapan Baru. Adapun penggrebekan pertama, Rabu lalu, di sebuah rumah mewah di Jalan Puncak.

Subardiyono belum bisa memastikan motif warga asing tersebut memasuki wilayah Indonesia dan apa tujuannya. "Kita tunggu saja informasi detail yang digali penerjemah. Namun, sejauh ini, yang kami tahu, para WNA ini mengaku hanya berwisata. Ada juga yang bilang mau dipekerjakan oleh salah satu broker yang keberadaannya pun tidak mereka ketahui," ujarnya.

Menyinggung aktivitas para WNA selama berada di tiga lokasi di Balikpapan, Subardiyono menyatakan belum bisa memastikan. Pihaknya juga tidak menemukan narkoba. Namun, dia mencurigai mereka melakukan sejumlah aktivitas.

"Ada banyak meja di sana (dalam rumah yang dihuni). Di setiap meja ada pesawat telepon. Bahkan, ada banyak cadangan telepon yang belum digunakan. Ada juga kertas-kertas yang habis dibakar, tetapi kami tidak tahu itu apa," ujar Subardiyono.

Tim gabungan

Subardiyono mengungkapkan, penggerebekan dilakukan tim gabungan yang beranggotakan Satpol PP, TNI, polisi, dan pihak imigrasi. Namun, Kepala Satuan Reskrim Polres Balikpapan Ajun Komisaris Damus Asa yang ditemui di polres belum memberikan keterangan.

Sebaliknya, Wakil Kepala Polda Kaltim Brigjen (Pol) Erry TB Gultom malah mengaku belum mengetahui informasi diamankannya puluhan WNA tersebut. "Saya dapatkan dulu informasi baru saya jelaskan," kata Erry.

Subardiyono juga menyayangkan pengurus rukun tetangga (RT) di perumahan elite itu yang tak tahu soal keberadaan orang asing ilegal di kawasan itu. Sikap cuek itu tidak boleh terjadi. Setiap kali ada penghuni baru seharusnya diketahui ketua RT.

Misnarti, pekerja rumah tangga yang tinggal di dekat rumah yang ditinggal puluhan WNA tersebut, mengatakan, ia juga tidak tahu aktivitas mereka. "Mungkin hanya 1-2 orang yang saya tahu tinggal di situ. Itu pun hanya satu yang beberapa kali bertemu dan orang itu selalu sopan. Jadi, saya kaget kok tiba-tiba ada banyak orang ditangkap dari rumah itu," ujar Misnarti. (PRA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com