Tembang Macapat dengan syair doa-doa ini menjadi prosesi pembuka sebelum dimulainya perjalanan mengitari Benteng Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk menyambut Tahun Baru Jawa 1 Sura. Walau diawali dengan tembang, tetapi prosesi Mubeng Beteng sendiri dilakukan tanpa suara.
Ketua Paguyuban Kaprajan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Kanjeng Pangeran Mangunkusuma, Jumat (24/10/2014) malam, mengungkapkan, tembang Macapat dilantunkan agar masyarakat yang akan ikut Mubeng Beteng masuk dalam suasana meditasi sekaligus sebagai cara mempersiapkan batin. Doa dilagukan lewat Macapat agar masyarakat mendekatkan diri serta pasrah kepada Yang Mahakuasa sebelum berjalan keliling benteng Keraton.
Prosesi dilanjutkan dengan berjalan membisu atau diam tidak berbicara. Dalam kesunyian langkah, peserta Mubeng Beteng diberi kesempatan untuk merenungkan perjalanan hidupnya selama ini. Suasana hening ini juga merupakan wujud doa dalam hati kepada Tuhan.
Prosesi Mubeng Beteng pada Jumat malam dimulai tepat pada tengah malam atau pukul 00.00 WIB dari Bangsal Srimanganti. Arakk-arakan diawali barisan Prajurit Keraton yang membawa bendera Merah Putih dan lima bendera kabupaten di DIY, disusul abdi dalem Keraton dan diikuti oleh masyarakat.
Rute dimulai dari pelataran Keben Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ke Jalan Kauman, lalu Jalan Wachid Hasyim sampai ke Pojok Beteng Kulon, belok ke Gading sampai Pojok Beteng Wetan. Setelah itu barisan berjalan lurus ke utara Jalan Brigjend Katamso, lalu Jalan Ibu Ruswo lurus ke Jalan Pekapalan dan kembali ke Keben.
Dalam prosesi Jumat malam, ribuan masyarakat baik dari DIY maupun wilayah lain mengikuti ritual ini dalam hening hingga selesai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.