Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manfaat Membatik bagi Penyandang Skizofrenia

Kompas.com - 24/10/2014, 14:14 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com — Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof Dr Soerojo, Kota Magelang, Jawa Tengah, mengadakan lomba membatik dan menggambar bagi para penyandang skizofrenia yang menjalani rehabilitasi.

Penyakit skizofrenia adalah salah satu penyakit yang mengganggu kejiwaan dan mental seseorang. Sedikitnya, 100 orang yang menjalani rehabilitasi mengikuti lomba yang digelar untuk memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2014 itu.

Lomba itu diadakan di halaman RS setempat. Terlihat para peserta wanita begitu antusias membatik menggunakan canting dan lilin cair di atas secarik kain putih yang sudah berpola bunga. Sedangkan peserta pria mendapat tugas menggambar menggunakan krayon di atas kertas gambar. Ada yang menggambar pemandangan gunung, rumah, sampai tokoh wayang.

Sedangkan para pengawas tampak sibuk “mengatur” mereka. Sebab, ada beberapa peserta yang justru tidak mau membatik. Ada pula yang kelelahan dan ngambek hingga salah satu jarinya terkena lilin batik yang panas.

Direktur Utama RSJ Prof Dr Soerojo Bambang Prabowo menjelaskan, kondisi tersebut sangat wajar karena mereka sedang mengalami gangguan jiwa. Namun, dengan terus dilatih, mereka akan berperilaku seperti biasa dan lebih tenang. Hal itu termasuk dengan aktivitas membatik dan menggambar ini karena ternyata aktivitas ini bisa membantu pemulihan para penyandang skizofrenia yang menjalani rehabilitasi, khususnya pemulihan secara psikologis yang selama ini dinilai sulit.

“Penyandang skizofrenia itu tidak berbeda dengan pasien diabetes dan penyakit lainnya. Bedanya hanya pada titik yang diserang saja. Mereka juga sama-sama membutuhkan obat dan terapi tertentu,” kata Bambang di sela kegiatan itu.

Menurut Bambang, dengan melakukan aktivitas yang mengasah keterampilan, seperti fun game, olahraga, melukis, membatik, dan menggambar, akan membantu memulihkan kepercayaan diri mereka sebelum kembali diakui oleh masyarakat.

RSJ Prof Dr Soerojo memang tergolong aktif menyelenggarakan kegiatan serupa. Tahun 2012 lalu, RS yang beralamat di Jalan A Yani, Kota Magelang, itu pernah memecahkan rekor dengan peserta lomba membatik bagi yang sedang direhabilitasi terbanyak dan tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri).

Di samping sebagai upaya pemulihan, kegiatan tersebut juga merupakan upaya untuk mengubah stigma masyarakat tentang penyandang skizofrenia. Selama ini, kata Bambang, masyarakat masih menganggap bahwa penyandang penyakit tersebut sangat membahayakan sehingga perlu dijauhi.

“Penyandang skizofrenia itu memang terganggu jiwanya, tapi tidak pada kecerdasannya (IQ). Terbukti ketika saya mengikuti puncak peringatan hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2014 di Jakarta beberapa waktu lalu, ada dua narasumber yang bergelar insinyur dan ahli teknologi informasi adalah penyandang skizofrenia,” urai Bambang.

Bambang menjelaskan, baik pihak keluarga maupun masyarakat umum perlu tahu tanda-tanda orang yang terjangkit penyakit tersebut. Biasanya, penyandang akan mengalami perubahan perilaku yang drastis dari perilaku sehari-hari.

“Terkadang orang yang biasanya tidak pendiam, jadi pendiam. Atau sebaliknya dia jadi hiperaktif. Sering bergumam atau juga berteriak-teriak. Perilaku tersebut karena mereka seperti mendapat bisikan-bisikan tertentu yang membuat mereka tidak tenang. Jika demikian, teman atau saudara bisa melakukan penanganan sendiri atau dibawa ke rumah sakit terdekat,” tutur Bambang.

Bambang berharap cakrawala berpikir masyarakat semakin terbuka terhadap orang-orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) bahwa mereka juga dapat diberdayakan dan mendapat tempat layak di tengah masyarakat umum dengan segala potensi mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com