Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengeluh Pusing, Gayatri Gagal Penuhi Undangan Pelantikan Jokowi

Kompas.com - 24/10/2014, 12:48 WIB
Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty

Penulis

AMBON, KOMPAS.com — Kepergian Gayatri Wailissa (17), "doktor cilik" yang mendunia karena kemampuannya dalam menguasai 13 bahasa asing, membawa duka mendalam. Remaja asal Ambon ini meninggal dunia setelah merasakan pusing seusai berolahraga bersama sejumlah temannya di Taman Suropati, Jakarta.

Sebelum meninggal, Gayatri sempat dirawat di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta, selama empat hari. Gayatri dinyatakan meningal dunia sekitar pukul 19.15 WIB, Kamis (23/10/2014).

Kabar duka ini pun dengan cepat beredar di media sosial, seperti facebook, Twitter, dan bahkan melalui layanan pesan singkat. Siapa sangka, sosok sederhana yang mengharumkan nama bangsa di forum-forum internasional itu harus pergi dengan cepat.

"Keluarga besar masyarakat Maluku turut berduka atas wafatnya Gayatri Wailissa. Semoga amal ibadahmu diterima di sisi Allah SWT dan bagi keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Innalilahi wainnailaihi rajiun, semua yang hidup pasti akan meninggal," tulis Ghauz E Azam, warga Ambon, di akun Facebook-nya.

Kabar meninggalnya Gayatri dibenarkan oleh sang ayah, Deddy Darwis Wailissa, saat dihubungi dari Ambon, Jumat (24/10/2014) dini hari. "Menurut dokter Agus yang menanganinya, Gayatri menderita pendarahan pada otaknya," ungkap Deddy.

Sebelum dirawat, Gayatri sempat berada di Rusia untuk menghadiri sejumlah undangan sebagai narasumber. Gayatri baru kembali ke Tanah Air setelah diundang untuk menghadiri pelantikan Presiden Joko Widodo di Gedung DPR RI.

Namun, keinginannya untuk menghadiri acara pelantikan itu ternyata tak terwujud. Sebab, menurut Deddy, rencananya, setelah berolahraga di Taman Suropati, di Kawasan Menteng, Senin pagi, Gayatri akan menghadiri acara itu. Namun, kondisinya tiba-tiba memburuk.

Deddy mengaku tidak menyangka Gayatri, anak kesayangannya itu, akan meninggal secepat itu. Pihak keluarga sendiri tidak memiliki firasat bahwa anaknya akan segera pergi meninggalkan keluarganya. "Saya dan keluarga tidak merasakan apa-apa," ujarnya.

Terakhir keluarga besar bertemu dengan Gayatri saat dia kembali ke Ambon pada akhir September 2014 lalu. Deddy dan istrinya baru mengetahui Gayatri dirawat di RS setelah dihubungi salah satu kerabatnya di Jakarta. Kabar mengejutkan tersebut memaksa Deddy beserta istri dan anak bungsunya bertolak ke Jakarta.

Saat tiba di Jakarta, mereka langsung menuju ruang ICU RS Abdi Waluyo, tempat buah hati mereka dirawat. Menurut Deddy, selama empat hari menjalani perawatan, tubuh Gayatri semakin melemah. Dia tak sadarkan diri. Tubuhnya sama sekali tak bergerak.

"Saya dan istri hanya bisa menangis melihat kondisi Gayatri. Semua tubuhnya dipasangi alat kesehatan," kata Darwis.

Penyakit mematikan yang merenggut nyawa anaknya itu membuat Deddy bertanya-tanya. Gayatri tidak pernah mengeluh sakit kepala atau menderita penyakit serius. "Paling hanya mengeluh sakit mag karena dia sering lupa makan," kata dia.

Tak hanya sang ayah yang dibuat bingung, dokter Agus juga menyerah menghadapi penyakit yang menyerang Gayatri. "Biasanya setelah darah di otak disedot, pasien sudah bisa sadar kembali," kata Darwis menirukan ucapan dokter. "Kami ikhlas jika itu memang kehendak Tuhan," ujar dia lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com