Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video "Bullying" di Bukittinggi, Menginspirasi WSY Ungkap Hal Serupa di Temanggung

Kompas.com - 16/10/2014, 04:22 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


TEMANGGUNG, KOMPAS.com - Ayah korban dugaan bullying di Temanggung, Jawa Tengah, WSY (35), mengaku memberanikan diri untuk membuka kasus kekerasan yang menimpa anaknya, JCS (10, ke media karena terinspirasi dengan kasus serupa yang terjadi Bukittinggi, Sumatra Barat. WSY yang diliputi perasaan kalut lalu mengadukan kasus penganiayaan itu kepada sejumlah wartawan di Temanggung.

Dia mengaku sudah sangat berat menanggung beban moral atas tindakan kakak-kakak kelas anaknya, serta penyelesaian pihak sekolah yang terkesan tidak terbuka dengan penganiayaan itu.

“Awalnya saya bingung mau bagaimana, saya sudah upayakan meminta penyelesaian ke pihak sekolah dan Dinas Pendidikan, tetapi sampai sekarang tidak ada langkah apapun,” ujar WSY, di Balai Wartawan, Temanggung, Rabu (15/10/2014).

Ia menceritakan, belakangan ini dirinya dan sang Istri, RDY (30), termasuk JCS melihat di media televisi dan surat kabar terkait kasus kekerasan anak sekolah dasar (SD) di Bukittinggi, Sumatra Barat. Anaknya lalu mengutarakan bahwa kasus di Bukittinggi itu mirip dengan aksi bullying yang menimpa dirinya.

“Atas dorongan Istri, saudara dan tetangga, saya beranikan diri ke sini (Balai Wartawan),” ujar WSY yang sehari-hari bekerja sebagai pegawai di Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di kawasan Walitelon, Temanggung itu. Warga Desa Krajan RT 1, RW 2, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung ini.

Dia berharap dengan terkuaknya kasus penganiayan yang terjadi sekitar tujuh bulan yang lalu itu maka akan menjadi pembelajaran bagi para pemangku pendidikan dan para orang tua agar lebih perhatian serta memberikan pengawasan terhadap anak-anaknya.

“Saya tidak menginginkan uang. Saya hanya ingin memberikan pelajaran bagi guru agar lebih mengawasi anak-anak. Mungkin saja bisa menimpa anak lain yang ada di sekolah itu. Karena, empat anak yang melakukan pengeroyokan itu juga belum diberi sanksi dari sekolah,” ujarnya.

Kekecewaan WSY bukan tanpa alasan sebab anaknya yang baru menginjak kelas IV SD Pringsurat I, Temanggung telah menjadi bulan-bulanan kakak-kakak kelasnya. Bahkan aksi brutal yang itu direkam oleh salah seorang siswa dengan kamera ponsel. Video rekaman itu kini telah beredar di khalayak ramai.

“Saya jengkel, bagaimana bisa kekerasan itu terjadi padahal masih di sekolah, anak saya dipukul, dijambak, kepalanya dibentur-bentukan di tembok sampai diseret kakinya,” tutur WSY geram.

Sejauh ini dirinya belum menyupayakan langkah hukum ke pihak berwajib. Beberapa hari setelah kejadian itu, ia telah meminta penjelasan dan pertanggungjawaban pihak sekolah. Kemudian WSY, Komite sekolah, Kepala SD I Pringsurat, orangtua YCP dan D kemudian menandatangani kesepakatan di atas materai terkait penghentian kasus tersebut.

“Dari kesepakatan itu, anak saya telah mendapatkan uang untuk pengobatan selama tiga kali sebesar Rp 370.000. Namun, besarnya uang itu, belum menutup luka hatinya dan trauma yang dialami anak saya. Saya takut perkembangan psikologis putranya terganggu akibat penganiyaan yang dialamainya,” kata WSY.

Alih-alih putranya mendapat kenyamanan di sekolah, anak sulungnya yang dikenal pendiam itu dinyatakan tidak naik kelas. WSY menduga, anaknya sengaja tidak dinaikkan ke kelas V oleh pihak sekolah.

“Biasanya kalau ada yang tidak naik kelas, orang tua siswa dipanggil ke sekolah. Tapi saya tidak. Bahkan ada seorang guru yang datang ke rumah, guru itu memperingatkan kami agar tidak perlu menanggapi pengaduan anak saya dan teman-temannya yang menjadi korban kekerasan, ” ucapnya.

WSY lantas memindahkan anaknya ke sekolah lain, yakni di SD Kebumen III, Kecamatan Pringsurat. Di sekolah baru itu, dia berharap anaknya bisa mendapat sekolah yang aman dan nyaman.

Meski dia harus menambah uang saku anaknya karena jarak rumah dengan sekolah barunya lebih jauh.

Sebelumnya diberitakan, sebuah video yang merekam aksi kekerasan dilakukan oleh anak-anak SD di Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah tersebar di masyarakat. Meski belum sempat terunggah di jejaring sosial YouTube, video berdurasi 2 menit 29 detik itu sudah beredar dari ponsel ke ponsel. (Baca: Video Pengeroyokan Siswa SD Beredar di Temanggung)

Dalam video itu, terekam jelas aksi kekerasan yang dilakukan oleh sejumlah anak laki-laki berseragam coklat khas Pramuka, yang tengah memukuli seorang anak laki-laki di sebuah ruang kelas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com