Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah 6 Bulan Air Tidak Mengalir Namun Meteran Air Tetap Jalan dan Dicatat Petugas

Kompas.com - 13/10/2014, 23:15 WIB
Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere

Penulis


KEFAMENANU, KOMPAS.com - Sejumlah pelanggan di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT) protes kepada petugas pencatat meteran air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Cendana lantaran sudah enam bulan air tidak mengalir melalui kran yang dipasang oleh perusahaan tersebut. Meski air tidak mengalir, namun tetap saja dicatat dan dibayar tagihan setiap bulannya.

Wily Elu warga Fatuteke, Kelurahan Kefamenanu Selatan, TTU kepada Kompas.com, Senin (13/10/2014) mengaku sangat kesal dengan kinerja PDAM yang menurutnya sudah sangat mengecewakan para pelanggannya.

“Setiap awal bulan, petugas PAM TTU selalu ke rumah-rumah dan catat meteran air. Tetapi herannya petugas itu tidak merasa malu kah, karena airnya tidak pernah keluar (mengalir) selama enam bulan ini,” kata Wily.

Akibat macetnya air PDAM tersebut, dirinya bersama tetangga lainnya terpaksa mencari air di sumur milik tetangga lainnya yang masih memiliki stok air yang cukup. Namun anehnya kata Wily setiap bulan dia pun rutin membayar biaya beban tagihan sebesar Rp 30.000. Bahkan menurut Wily, pada beberapa bulan lalu, ia sempat membayar tagihan lebih dari Rp 50.000 sehingga langsung diprotesnya.

”Saya sempat protes karena bayarnya mahal sekali. Padahal air tidak keluar, mungkin angin yang masuk sehingga jarum meteran terus berputar,” bebernya.

Hal yang sama juga disampaikan Remigius Ua, warga Kelurahan Tubuhue, Kecamatan Kota Kefamenanu, TTU, yang mengaku bersama tetangga lainnya sudah tidak menikmati air PDAM sejak Bulan maret 2014 lalu sehingga ia sangat kecewa dengan pelayanan dari PDAM itu.

“Sudah lebih dari enam bulan ini air tidak mengalir, sehingga terpaksa kami beli air tangki (mobil pengangkut air) dengan harga yang cukup mahal yakni satu tangki Rp 85.000. Jadi untuk setiap bulannya, kami beli air tangki sebanyak dua kali,” beber Remigius.

Terhadap macetnya air itu, Remigius sudah berupaya mencari tahu penyebabnya dengan mendatangi langsung ke kantor PDAM, tetapi tetap saja sia-sia.

”Saat saya melapor ke kantor PDAM, mereka mengarahkan saya untuk menghubungi petugas lapangan dengan menggunakan nomor telepon seluler. Ketika nomor petugas lapangan itu kita hubungi tidak aktif, bahkan kalau masuk pun tidak pernah diangkat,” kata Remigius.

Parahnya lagi kata Remigius, setiap bulannya pembayaran rekening tagihan tetap saja ia bayar dengan biaya beban sebanyak Rp 50.000 sehingga untuk air saja sebulannya uang yang dikeluarkan mencapai ratusan ribu rupiah. Terhadap hal itu Remigius meminta pihak PDAM harus segera membenahi manajemennya dan juga petugas lapangan harus kerja maksimal.

Terkait dengan itu, Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan, PDAM, Tirta Cendana Kabupaten TTU, David Charles Bani mengaku, petugas pencatat meteran air juga mengalami dilema karena mereka mencatat salah, apa lagi tidak catat, pasti lebih salah lagi.

“Secara sekilas dan yang logis, pelanggan itu biasanya bayar kalau air itu mengalir. Tapi aturan di PDAM itu sama seperti Telkom dan PLN, ada biaya yang namanya beban tetap. Tapi kalau kondisi begini, terus terang kami kembalikan ke hati nurani pelanggan masing-masing saja. Kami ini juga serba salah, tapi ke depan kita akan upayakan untuk beri pelayanan yang lebih baik,” beber Charles.

Menurut Charles macetnya air tersebut akibat musim kemarau sehingga debit airnya menurun pada sejumlah sumber air yang ada di TTU.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com