Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Ancaman atas Kelestarian Lukisan Stensil Tangan Tertua di Dunia di Maros

Kompas.com - 10/10/2014, 18:17 WIB
Kontributor Semarang, Puji Utami

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Kawasan karst Maros, Sulawesi, tempat ditemukannya lukisan stensil tangan tertua, diketahui sangat dekat dengan pemukiman warga dan pabrik. Bahkan di dalam goa itu terkadang dimanfaatkan untuk kandang hewan ternak. Di depan goa juga terdapat pesawahan serta pabrik semen dan marmer.

Kondisi itu, menurut pakar karst ITB Dr Pindi Setiawan, tentu saja akan mengancam kelestarian situs arkeologi tersebut. Menurut dia, penduduk setempat sudah lama mengetahui keberadaan lukisan stensil tangan tersebut.

Untuk melindunginya, menurut Pindi, situs yang sudah jadi cagar budaya itu, akan diberi tanda dan dijaga oleh juru pelihara dari penduduk sekitar.

Namun demikian, masih tetap ada kendala yang harus dihadapi dalam menjaga kelestarian lukisan stensil tangan tertua di dunia itu, yakni perubahan lingkungan. Apalagi, goa-goa tempat lukisan itu berada, rentan terhadap perubahan lingkungan.

"Kondisi lingkungan sekarang jadi tantangan. Perubahan kondisi lingkungan ini tentu berakibat pada penurunan kualitas gambar. Usia juga menurunkan kualitas. Namun perubahan lingkungan membuat penurunannya signifikan," ujarnya saat dihubungi, Jumat (10/10/2014).

Ia mengatakan, seni cadas yang berusia tua semacam ini banyak ditemukan di goa-goa pegunungan karst di Indonesia. Selain berbentuk tangan, biasanya lukisan akan berbentuk binatang.

"Di goa itu kan tempat tinggal dan berkarya manusia saat itu, pada masa menjadi pemburu dan peramu. Jadi lukisan yang ditemukan di setiap daerah akan berbeda. Biasanya binatang yang ditemui atau diburu yang dilukis," katanya.

Lokasi goa di Sulawesi, ungkap Pindi, berbeda dengan goa di pegunungan karst di Kalimantan. Goa yang berada di Sulawesi sangat dekat dengan aktivitas warga, sedangkan di Kalimantan, sebaliknya. Dengan demikian, goa di Kalimantan tak akan terpengaruhi perubahan lingkungan karena jauh dari aktivitas warga.

"Tapi kondisi lain bisa berpengaruh, seperti kebakaran hutan dan lainnya," kata Pindi.

Keberadaan situs tempat lukisan stensil tangan teruta sangat penting karena memiliki nilai-nilai arkeologi. Pemerintah yang memiliki kepentingan diharapkan bisa bekerja sama dengan penduduk dan pabrik di sekitar untuk menjaga kondisi lingkungan yang baik.

Seperti diketahui, lukisan stensil tangan di Leang Timpuseng, kawasan karst Maros, Sulawesi, dinobatkan sebagai seni cadas tertua di dunia. Lukisan itu lebih tua dari stensil tangan di El Castillo berusia 37.300 tahun yang sebelumnya dianggap sebagai yang tertua.

Usia lukisan stensil tangan tersebut diketahui melalui penelitian hasil kerja sama Pusat Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi Makassar, Balai Peninggalan Cagar Budaya (BPCB) Makassar, University of Wollongong, dan Universitas Griffith sepanjang tahun 2011-2013.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com