Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara Kalah Futsal, Kakak Keroyok Adik Kelas hingga Terluka Parah

Kompas.com - 03/10/2014, 21:07 WIB
Kontributor Kendari, Kiki Andi Pati

Penulis

KENDARI, KOMPAS.com - Seorang siswa kelas 8 IPS SMA Negeri 4 Kendari, Ryan Antoni (16), terluka parah lantaran dikeroyok kakak kelasnya seusai pertandingan futsal di halaman sekolah. Kini, korban terbaring lemas di rumahnya di Jalan Saranani, Kecamatan Mandonga, Kota kendari.

Ahmad Yani (17), rekan korban yang juga ikut dikeroyok menuturkan, peristiwa itu berawal saat timnya menjebol gawang lawan pada pertandingan futsal yang digelar Selasa (30/9/2014). Lalu pertandingan dilanjutkan. Saat pertandingan berlangsung, kaki korban dijegal oleh salah seorang pelaku hingga jatuh, kemudian terjadilah pengeroyokan. Namun perkelahian bisa dilerai oleh panitia dari pengurus OSIS di sekolah tersebut.

“Beberapa suporter mereka (pelaku) berteriak, masa dikalahkan sama adik kelasnya, huuuu," jelas Ahmad menirukan teriakan suporter tim pelaku.

Tidak lama kemudian, salah seorang anggota tim dari pelaku menekel kaki Ryan sampai jatuh. "Tapi kami beranggapan biasalah main bola, tapi mereka langsung memanas-manas dan kami dikeroyok puluhan kakak kelas, padahal tidak tahu apa-apa," lanjut Ahmad Yani saat melaporkan kejadian ini ke kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Kendari, Jumat (3/10/2014).

Tak hanya di situ, kata Yani, kakak kelasnya kembali mengeroyok dirinya dan rekannya, Ryan serta Diki setelah pertandingan futsal berakhir. Akibat kejadian itu, Ryan mengalami luka parah di sekujur tubuhnya hingga mengeluarkan darah dari hidung. Korban lalu dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.

“Sekitar 20 orang yang keroyok dan Ryan yang paling parah. Saya dan Diki melerai malah ikut dipukul. Di antara pelaku yang mengeroyok, ada anak Sekretaris Kota Kendari dan anak kepala Lapas Kendari. Kejadian itu disaksikan oleh seorang satpam sekolah,” terangnya.

Kakak korban, Sasmita Sugiardi (22), langsung melaporkan kasus yang menimpa adiknya ke Polres Kendari. Polisi lalu mengamankan 10 orang pelaku untuk dimintai keterangan.

Namun Sasmita kecewa karena polisi terkesan tebang pilih dan tidak serius memproses kasus hukum yang melibatkan anak pejabat itu. Bahkan, kata Sasmita, orangtua pelaku tidak beritikad baik menemui keluarga korban untuk meminta maaf.

"Jangan mentang-mentang anak pejabat dan kami rakyat biasa kemudian ada diskriminasi hukum. Waktu saya di polres, beberapa orang pelaku, termasuk anak pejabat, sudah dilepas dan ada lagi pelaku lain yang ditahan,” kata Sasmita.

Saat ia dimintai keterangan oleh penyidik polisi, lanjut Sasmita, orangtua pelaku bahkan menuding adiknya yang bersalah, sehingga anak mereka melakukan perbuatan tersebut. Namun demikian, Sasmita berharap polisi memberikan hukuman setimpal kepada para pelaku meskipun dua di antaranya adalah anak pejabat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com