Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pecahkan Rekor Dunia, 515 Pelajar Cirebon Membatik di Topi

Kompas.com - 02/10/2014, 14:29 WIB
Kontributor KompasTV, Muhamad Syahri Romdhon

Penulis

CIREBON, KOMPAS.com – Suara riuh dan gemuruh itu terdengar dari halaman Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN), 18 Kota Cirebon, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Kamis pagi (2/10/2014). Beberapa menit, tepuk tangan siswa siswi dan seluruh orang yang hadiri di tengah halaman sekolah pun terdengar tak terhenti.

Mereka semua berteriak lantang, setelah mendengar pengumuman, bahwa hasil karya sebanyak 515 siswa siswi SMPN 18 Kota Cirebon, yang membatik di atas topi putih, ternyata mampu memecahkan Rekor Museum Republik Indonesia (MURI), sekaligus juga Rekor Dunia.

Seluruh siswa siswi diberi penghargaan dengan kategori, pelajar membatik topi terbanyak di Hari Peringatan Batik Nasional. “Hari ini, sebanyak 515 pelajar SMPN 18 Kota Cirebon, berhasil memecahkan rekor, bukan hanya untuk Indonesia, tapi juga rekor dunia, yaitu membatik dengan media Topi, dengan peserta terbanyak,” kata Senior Manager MURI Paulus Pangka, Kamis (2/10/2014).

Di tengah suasana suka cita, Paulus Pangka menyebutkan, rekor MURI dan dunia dengan nomor 6665/R.MURI/X/2014/ itu, diberikan kepada Kepala Sekolah, dan seluruh pelajar yang telah menghasilkan karya yang memuaskan.

Dia yang mewakili Kepala Rekor MURI Indonesia juga memberikan penghargaan kepada Batik Mahkota Cirebon, yang turut berpartisipasi menggelar kegiatan batik untuk ratusan pelajar tersebut.

KOMPASTV/ Muhamad Syahri Romdhon Membatik di atas topi
Sebelum meninggalkan lokasi acara, Paulus memberikan buku rekor MURI yang diserahkan pada pelajar. “Semoga buku ini bermanfaat dan dapat menginspirasi untuk menghasilkan karya yang lebih membanggakan,” kata Paulus.

Ditemui usai acara penyerahan, Kepala Sekolah SMPN 18 Kota Cirebon, Sumiyati mengaku sangat bangga dan bahagia, hasil karya 515 siswa siswinya dapat memecahkan rekor MURI, dan bahkan dunia.

Menurut dia, penghargaan yang sulit didapatnya itu merupakan hasil kerjasama yang baik antara seluruh pihak. “Awalnya kita kesulitan untuk mengajak siswa siswi belajar membatik. Tapi saya dan seluruh guru-guru, tak berhenti memotivasi mereka, dan akhirnya berhasil,” kata Sumiyati.

Belajar membatik dengan media topi putih dengan jumlah yang banyak itu, juga dimaksudkan untuk memperingati Hari Batik Nasional  yang jatuh pada hari 2 Oktober 2014.

Sumiati berharap, batik yang sudah diajarkan dapat bermanfaat setelah para siswa keluar sekolah. Lebih inti dari itu, Sumiati berharap, seluruh pelajar SMPN 18 Kota Cirebon, dapat melestarikan batik yang telah dijadikan kekayaan warisan Indonesia non bendawi.

“Meskipun kita sekolah SMP yang urutannya paling terkahir, tempatnya yang cukup terpencil dan di pinggiran kota, kita berhasil membuktikan, bahwa SMPN 18 Kota Cirebon juga punya prestasi yang membanggakan,” ujar Sumiati.

Alfred, salah satu siswa kelas 8, SMPN 18 Kota Cirebon, mengaku cukup kesulitan ketika membatik. Ia serta beberapa temannya yang belum terbiasa cukup bingung, memulai dan menyelesaikan batik di ata topi putih.

Meski demikian, Alfred merasa sangat bahagia, sekolahnya mendapat penghargaan kelas Nasional hingga Internasional. “Pasti senang, dan bangga mas. Belum tentu sekolah lain bisa kompak, dan menghasilkan karya yang menembus dunia seperti ini,” kata dia.

Bersama temannya, Slamet dan Rizal, Alfred meyakini, pelajar SMPN 18 Kota Cirebon, akan semakin semangat dan termotivasi untuk melahirkan hasil karya yang lebih baik dari yang sekarang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com