Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ifnatul, Gadis Penderita Tumor yang Bertahan dengan Dukungan Kerabat

Kompas.com - 30/09/2014, 11:15 WIB
Kontributor Kediri, M Agus Fauzul Hakim

Penulis

KEDIRI, KOMPAS.com — Ifnatul Damayanti (17) hanya mampu tergolek di atas ranjang bambu rumahnya. Dukungan keluarga dan teman sekolah remaja penderita tumor kaki asal Desa Wonosari, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, yang membuatnya terus bertahan.

Kawan-kawan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Pagu, atau setingkat SMP, tempatnya bersekolah, terus memberikan semangat. Mereka mengunjungi Ifnatul secara berkala. Seperti yang mereka lakukan pada Senin (29/9/2014) kemarin.

"Semoga dia lekas sembuh dan bisa berkumpul dengan teman sekolahnya lagi," kata Alifah, salah satu rekan sekolahnya, saat berkunjung ke rumah Ifnatul.

Putri tunggal pasangan Darji (40) dan Siti Rofiatun (43) itu sudah enam bulan ini tidak bersekolah karena sakitnya itu. Padahal, dia sudah duduk di bangku kelas III dan sebentar lagi akan menjalani ujian. Kondisi fisiknya juga semakin kurus kering.

"Ya bagaimana lagi, dia sudah tidak mampu berjalan. Semua aktivitas dilakukan di atas kasur dengan saya bantu," kata Rofiatun.

Sebelumnya diberitakan, Ifnatul menderita tumor pada kaki kirinya dan kini luka itu menjadi terbuka. Luka itu awalnya hanyalah benjolan kecil yang mulai muncul seusai jatuh dari sepeda saat dia masih duduk di bangku kelas II MTs.

Benjolan itu ternyata dari waktu ke waktu terus membesar ukurannya. Hingga sekitar bulan Februari lalu, benjolan itu pecah dan mengeluarkan bau tidak sedap. Keluarganya sudah berupaya membawanya ke rumah sakit melalui jalur Jamkesmas untuk memperingan biaya pengobatannya.

Rumah sakit lokal kemudian merujuknya pada rumah sakit tingkat provinsi yang ada di Surabaya. Keluarga hanya mampu membawanya ke rumah sakit provinsi sebanyak tiga kali. Hal itu akibat ketiadaan biaya untuk pergi ke rumah sakit provinsi.

Jangankan untuk berobat, untuk menutup kebutuhan kesehariannya saja mereka sudah cukup kesusahan. Padahal, setiap berobat ke Surabaya, keluarga harus menyiapkan uang minimal Rp 500.000.

Darji selama ini hanya berprofesi sebagai buruh tani dan bekerja hanya pada musim tanam, sementara Rofiatun hanya mengurus rumah tangga. Rofiatun awalnya sempat berjualan bakso, tetapi berhenti jualan demi merawat putri semata wayangnya.

Rumah tempat tinggal mereka sangat sederhana dan mungil. Dinding bangunannya terbuat dari anyaman bambu dan nyaris ambruk. Mereka hanya punya satu kamar dan itu pun kini hanya ditempati Ifnatul yang sedang sakit.

Di kamar rumah itulah, Ifnatul mendapatkan perawatan. Keluarganya membersihkan lukanya sehari dua kali. Bau tidak sedap akan menyeruak jika luka itu terlambat dibersihkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com