Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beredar Isu Penculikan Balita untuk Tumbal, Warga Surabaya Resah

Kompas.com - 29/09/2014, 10:22 WIB
Kontributor Surabaya, Achmad Faizal

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Beberapa pekan terakhir, warga Surabaya diresahkan dengan beredarnya isu penculikan anak. Kabar tersebut dibumbui dengan cerita bahwa anak yang diculik akan dibunuh dan diambil organ tubuhnya untuk keperluan tertentu.

Isu tersebut membuat sebagian warga Surabaya resah, khususnya ibu-ibu muda yang memiliki anak balita. Mereka mengaku memberikan perhatian dan pengawasan super ketat kepada anak-anaknya. Bahkan, ada yang menyewa jasa seseorang untuk antar jemput anaknya di sekolah sekaligus menunggunya hingga pulang sekolah.

Kabar itu, kata Dwi Rosdiana (31), warga Jalan Kutisari Selatan Surabaya, beredar dari mulut ke mulut di lingkungan sekolah, dan di tempat dia tinggal. "Kabarnya mengerikan, sampai diambil organ tubuhnya, karena itu sejak pekan lalu, saya minta seseorang untuk antar jemput anak saya di sekolah sekaligus menunggunya sampai pulang. Pokoknya saya minta diawasi terus," kata Ibu yang memiliki anak usia empat tahun ini, Senin (29/9/2014).

Lain halnya dengan Maisaroh (35), setelah mendengar kabar penculikan anak, warga Jalan Wonorejo IV Surabaya ini terpaksa tidak langsung pulang usai dari pasar setiap harinya. "Saya langsung ke sekolah untuk jemput anak saya yang bungsu, biasanya anak saya pulang sendiri sama teman-temannya," ujar ibu dua anak ini.

Kabar maraknya penculikan anak itu didengarnya dari obrolan ibu-ibu di pasar sejak sepekan lalu. "Yang saya dengar, anak yang diculik dibuat tumbal untuk bangunan," kata penjual gorengan ini.

Dikonfirmasi terpisah, Kasatreskrim Polrestabes Surabaya mengaku sudah bergerak untuk menulusuri kabar yang meresahkan warga Surabaya itu. Kalau pun ada, buktinya kepolisian tidak pernah mendapat laporan warga yang kehilangan anak kecil.

"Kami terus berkoordinasi dengan satuan lainnya seperti Satlantas, Intel, Binmas, dan lainnya untuk meluruskan informasi yang tidak benar itu," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com