Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Warga Kuningan Tewas Terjangkit HIV/AIDS

Kompas.com - 24/09/2014, 09:18 WIB
Kontributor KompasTV, Muhamad Syahri Romdhon

Penulis

KUNINGAN, KOMPAS.com – Sebanyak empat warga di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, meninggal dunia akibat terjangkit virus mematikan, Human Immunodeficiency Virus Infection / Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS). Mereka meninggal dunia dalam waktu yang berdekatan, pada pertengahan Agustus hingga awal September 2014.

Kepala Pengelola Program, Komisi Penanggulangan HIV/ AIDS (KPA), Kabupaten Kuningan, Asep Susan Sonjaya, menjelaskan, ketiga korban merupakan pecinta sesama jenis, sedangkan satu lainya berstatus waria.

“Kalau R (sebutan untuk waria), baru meninggal awal September, yang tiga meninggal Agustus lalu,” kata Asep saat dihubungi melalui selular, Selasa malam (23/9/2014).

Empat warga yang dirahasiakan identitasnya itu, menambah deretan jumlah korban yang meninggal dunia akibat terserang HIV/AIDS. Belum genap sembilan bulan, sejak Januari hingga September 2014, terdapat 37 warga yang menjadi korban keganasan virus tersebut.

Menurut Asep, melihat kasus dengan jumlah yang terbilang banyak dalam waktu berdekatan, maka hal itu sudah memasuki kategori mengkhawatirkan. Sebab, jumlah penderita terus bertambah, dan tren semakin meningkat. Bahkan, angka 190 korban yang merupakan data global sejak 2004 silam, dinilai masih banyak kekurangan.

“190 warga tewas itu yang masuk data kami (KPA, Dinkes, dan RSUD). Tidak menutup kemungkinan, banyak korban yang meninggal dunia akibat HIV/ AIDS yang tidak dilaporkan, tidak diketahui, sehingga tak masuk data kami,” ujar Asep.

Masyarakat masih sangat takut, dan merasa aib untuk memberitahu ada anggota keluarga yang meninggal akibat AIDS.

Pemahaman kurang, korban dikucilkan
Asep bersama LSM Petik yang sempat menjenguk dan menemani menceritakan, salah satu penderita yang tewas, S, positif terserang hingga stadium III. Ia dirawat di rumah setelah pulang dari Jakarta. Namun di rumah, S diperlakukan kurang baik oleh lingkungannya.

“Ia bercerita, beberapa barang yang berhubungan dan menempel di badan, tidak boleh berdekatan dengan orang lain, hingga akhirnya  kami menyarankan untuk untuk dirawat di RSUD. Tak lama dirawat, S kembali dibawa pulang yang kemudian meninggal dunia,” ungkap Asep.

Asep berharap,  nasib S yang terkesan dikucilkan lingkungannya sendiri, tidak kembali terjadi di Kabupaten Kuningan. Seluruh warga perlu memahami betul apa, dan bagaimana HIV/ AIDS. Harapan itu pula dibuktikan dengan upaya menyosialisasikan, sekaligus penyuluhan ke warga yang dibantu LSM Petik, PKBI, relawan, dan lainnya.

Bahkan, ironisnya, tiap kali melakukan tes konseling dan pemeriksaan mobile VCT, banyak sekali yang menolak, khususnya para lelaki. Tidak hanya satu dua, hampir rata-rata para pria menolak  untuk diperiksa.

“Mereka (kaum pria) sangat takut untuk diperiksa. Masalahnya, kalau sampai diketahui terkena virus, ia siap-siap menerima “kiamat dunia”. Siap dimarahi, dibenci, dijauhi, dan bahkan dikucilkan. Dan kasus yang enggan diperiksa ini, melebihi jumlah global korban meninggal,” jawab Asep.

Meski semangat, soal anggaran penyuluhan, sosialisasi, sarana dan prasarana, KPA KAbupaten Kuningan untuk mengantisipasi HIV/AIDS terbilang minim. Ia sering kesulitan, dan beberapa kali terkendala melaksanakan agenda lantaran dana yang terbilang minim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com