"Luas Kutai Kertanegara itu berpuluh kali luas Kota Samarinda. Dari daerah kami, negara mendapatkan pemasukan hingga Rp 132 triliun. Namun, yang kembali untuk daerah hanya sekitar Rp 3,2 triliun. Padahal, di Indonesia, Kukar dikenal sebagai kabupaten terkaya, tetapi DBH yang diterima jauhlah dibanding Samarinda," ungkap Rita saat ditemui Kompas.com di ruang kerjanya, belum lama ini.
Belum lagi, kata dia, di Kukar terdapat banyak kecamatan dan kelurahan desa tertinggal. Seperti di Tabang, Rita mengatakan, tempat tersebut harus dicapai dengan menempuh perjalanan puluhan jam menggunakan kapal. Kondisinya sangat terisolasi. Oleh karena itu, Rita mau tidak mau harus meneruskan pembangunan jembatan sepanjang 12 km agar masyarakat terbebas dari isolasi itu.
"Ya, DBH yang kami terima mungkin terlihat banyak, tetapi daerah kami selama ini tertinggal, dan butuh banyak anggaran untuk mengurangi ketertinggalan itu. Belum lagi, fasilitas publik minim, seperti jalan, jembatan, sekolah, bahkan rumah sakit. Inilah yang pelan-pelan coba dibangun Kutai Kartanegara dari APBD yang jumlahnya sedikit," ujarnya.
Oleh karena itu, Rita agak kurang setuju ketika orang menilai Kukar terlalu kaya. Menurut dia, banyak orang tak tahu bagaimana keuangan Kukar yang sebenarnya. Daerah pesisir meronta ingin memisahkan diri juga menjadi persoalan bagi Rita.
"Kami selalu disebut kaya, tetapi yang harus dibangun di Kutai Kartanegara itu sangat banyak. Rumah sakit, saya bikin pelan-pelan. Jembatan runtuh, saya bangun lebih kokoh lagi. Belum lagi pembangunan rumah untuk warga di bantaran kumuh. Itu semua dari DBH Rp 3,2 triliun dan dibagi untuk Kukar yang luas ini," ujarnya.
Oleh karena itu, dalam pemerintahan baru Jokowi-JK nanti, Rita berharap ada keadilan untuk Kukar. Menurut dia, sudah selayaknya daerah penghasil disejahterakan dulu agar kesan kaya yang disandang Kukar memang benar adanya.
"Mudah-mudahan nanti dalam kepemimpinan Jokowi-JK, Kukar akan mendapat keadilan. Sudah selayaknya daerah penghasil mendapatkan lebih karena hasil bumi Kukar selama ini dieksploitasi untuk kepentingan negara dan dibagi-bagikan ke banyak daerah lainnya," ujarnya.
Tak bisa seharian terima tamu
Gaya kepemimpinan Rita jelas berbanding jauh dengan cara pemimpin-pemimpin sebelumnya, terutama dengan ayahnya, Syaukani Hasan Rais, mantan Bupati Kukar yang terjerat kasus korupsi. Rita mengaku tidak bisa menyamai karakter ayahnya itu.
"Bapak (Syaukani Hasan Rais) 24 jam untuk masyarakat. Dari orang kecil sampai orang besar, semua diterima langsung oleh Bapak. Saya bisa bertahan dengan cara itu hanya tiga bulan. Saya bilang, saya tidak bisa kalau 24 jam dengan masyarakat. Pemkab juga butuh saya. Jadi ya begini, 50 rakyat, 50 pemkab," ujarnya.
Baca juga:
Rita, Bupati Cantik yang Hobi Koleksi Tas Mewah
Bupati Cantik Ini Pernah Kursus Kecantikan hingga ke Shanghai
Kisah Perjuangan Bupati Rita untuk Kukar, Sang Ayah, dan Prabowo-Hatta...