Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengunggah Soal "4 x 6 atau 6 x 4" Minta Maaf karena Buat Kehebohan di Media Sosial

Kompas.com - 23/09/2014, 21:51 WIB


SEMARANG, KOMPAS.com
 — Muhammad Erfas Maulana, pengunggah soal Matematika "4 x 6 atau 6 x 4" meminta maaf karena telah membuat kehebohan di media sosial. Ia menuliskan permohonan maaf itu di dinding akun Facebook-nya. 

Keriuhan soal "4 x 6 atau 6 x 4" bermula dari posting-an Erfas yang mempertanyakan alasan guru menyalahkan jawaban dari soal yang dikerjakan adik Erfas yang duduk di kelas II sekolah dasar di Semarang, Jawa Tengah. (Baca: Perdebatan soal Angka 4 dalam Perkalian, 4 x 6 atau 6 x 4?)

"Mohon maaf, saya sudah menghebohkan media sosial beberapa hari terakhir ini. Baru saja saya mengkonfirmasikan ini kepada guru. Saya juga sudah meminta maaf sebesar-besarnya kepada beliau. Sekali lagi saya mohon, jangan ada yang menyalahkan guru karena guru sudah mengajarkan sesuai konsep dan buku yang ada. Saya sangat menyesal atas semua yang sudah terjadi. Terima kasih," tulis Erfas di dinding akun Facebook-nya, Senin (22/9/2014). Ia mengedit pernyataan maaf itu hingga empat kali. Redaksional terakhir lebih panjang. 

Posting-an Erfas yang mempertanyakan perbedaan antara 4 x 6 dan 6 x 4 bahkan mengundang komentar sejumlah guru besar perguruan tinggi, seperti Profesor Thomas Djamaluddin dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Profesor Yohanes Surya (pendidik juara olimpiade dunia), dan dosen Matematika ITB, Iwan Pranoto.

Berikut pernyataan permohonan maaf Erfas selengkapnya yang disalin secara utuh dari akun Facebook-nya.

"mohon maaf, saya sudah menghebohkan media sosial beberapa hari terakhir ini. baru saja saya mengkonfirmasikan ini kepada guru. saya juga sudah meminta maaf sebesar-besarnya kepada beliau.

sekali lagi saya mohon, jangan ada yang menyalahkan guru karena guru sudah mengajarkan sesuai konsep dan buku yang ada. sang guru juga tidak menyalahkan pendapat saya.

sesuai kurikulum 2013 yang membebaskan murid menyelesaikan suatu persoalan sesuai kemampuan nalar masing-masing, saran saya adalah untuk memperbaiki buku dengan tidak hanya terfokus dengan satu cara penyelesaian, namun memberikan banyak cara penyelesaian. disitu murid akan memilih cara sesuai pemahaman termudah masing-masing murid.

itu saran saya saja sih, kalo ada yang kurang berkenan dengan saran saya, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

berbicara mengenai kurikulum 2013, menurut saya, kurikulum tersebut sangat baik. siswa tidak hanya dituntut untuk mengetahui pengetahuan, namun juga diajari berketrampilan sehingga siswa diharapkan lebih kreatif dan bersikap agar dapat mempunyai moral yang baik saat hidup bermasyarakat. jadi ada 3 aspek penilaian disini, pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
dengan kurikulum ini, saya melihat bahwa anak-anak lebih senang untuk pergi ke sekolah. mereka menjadi bersemangat karena di sekolah diajari untuk membuat berbagai kerajinan tangan atau membuat sesuatu yang menarik bagi mereka.

mungkin banyak orang tua yang bingung mengenai kurikulum 2013 karena mata pelajaran di kurikulum ini dicampur. misal matematika, ipa, ips, bahasa indonesia, ppkn, dll dilebur menjadi tematik.

menurut saya, hal ini dikarenakan orang tua dari dulu sudah terbiasa menggunakan kurikulum yang mata pelajarannya dipisah, matematika sendiri, bahasa indonesia sendiri, ipa sendiri, dll. coba dari dulu pendidikan di indonesia menggunakan kurikulum dimana mata pelajarannya dicampur seperti kurikulum 2013, saya rasa orang tua pun tidak akan bingung mengajari anaknya sekarang. misal, dari dulu kita terbiasa menuliskan resep obat 3 x 1, dibaca tiga kali sehari, satu butir. bayangkan bila dari dulu resep penulisan obat adalah 1 x 3, dibaca satu butir, tiga kali sehari. semuanya 1 + 1 + 1 . kembali lagi ini semua adalah tentang kebiasaan.

saya rasa, murid yang mendapatkan kurikulum sejak kelas 1 SD tidak akan kebingungan dalam belajar. berbeda lagi bila dari kelas 1 - 3 SD mendapat kurikulum lama yang mata pelajarannya dipisah, namun tiba-tiba saat naik ke kelas 4 SD mereka mendapat kurikulum 2013 dimana mata pelajaran dicampur. disini saya rasa akan terdapat kebingungan pada murid, mereka harus menyesuaikan lagi.

itulah pandangan saya tentang kurikulum 2013, mohon maaf bila ada pihak-pihak yang kurang berkenan.

saya sangat menyesal atas semua yang sudah terjadi, saya tidak ingin memperpanjang semua ini. mungkin ini dapat menjadi pelajaran bagi saya pribadi dan kita semua

terima kasih."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com