Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kronologi Anak Tentara yang Salah Tangkap oleh Polisi

Kompas.com - 20/09/2014, 04:42 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis


SALATIGA, KOMPAS.com - Inilah rangkaian kekerasan yang menimpa Caesar Alif Arya Pradana (15), anak tentara yang menjadi korban salah tangkap aparat Polsek Tingkir, Salatiga, pada Kamis (18/9/2014) kemarin.

Alif dicokok dari ruang kelas menjelang jam pelajaran. Setelah tas nya digeledah, alif dibawa keruang guru untuk diinterogasi. Anehnya, tidak satupun guru dari pihak sekolah yang mendampinginya saat itu.

"Saya tidak tahu apa-apa. Di ruang guru, kembali saya ditanya dan dipaksa mengaku yang tidak pernah saya lakukan," ungkap Alif, Jumat (19/9/2014).

Tak beroleh keterangan yang diharapkan, korban lantas digiring ke sebuah mobil Xenia, didalam mobil ternyata sudah ada dua polisi lainnya. Korban mengaku, tangannya diborgol, matanya ditutup memakai kain dan mulutnya dilakban saat menuju mobil tersebut.

Kejadian ini disaksikan sejumlah teman-temannya yang memang saat itu tengah menunggu bel masuk kelas. Kondisi inilah yang membuat korban syok dan malu.

Kemudian mereka bergerak ke suatu arah. Saat di dalam mobil inilah, korban mengalami kekerasan fisik dari empat anggota Polisi tersebut. Korban pun menyebut, sejumlah nama-nama anggota polisi yang menangkapnya itu yang ia ingat.

"Salah satunya yang memukul saya di dalam mobil itu Edot dan Pak Toha. Selama di dalam mobil, saya dipukul menggunakan sandal dan tangan untuk mengakui perbuatan yang tak pernah saya lakukan," ujar Alif Sampai beberapa menit kemudian, mobil berhenti disuatu tempat yang belakangan diketahui adalah kawasan hutan karet Setro, di Desa Sukorharjo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang.

Lokasi ini berjarak kurang lebih 10 kilometer dari SMP 4 Salatiga, tempat Alif bersekolah. Kemudian pelaku melepaskan borgol korban, termasuk kain yang menutup mata dan lakban dimulut korban.

Di tempat yang cukup sepi ini, korban kembali dianiaya oleh empat anggota Polisi Polsek Tingkir tersebut. "Di Karetan Setro sana, kembali saya dipukuli. Bahkan, saya sudah minta ampun dan menyebut saya anaknya tentara masih juga dipukul," ujar korban.

Korban mengaku mendapat pukulan di bagian kaki, kepala dan hidungnya. Usai menganiaya anak Kapten Giarno ini, para pelaku kemudian membawa korban kembali ke sekolahan sekitar pukul 09.00 wib.

Dalam kondisi kesakitan, korban masih mengikuti kegiatan belajar mengajar. Korban mengaku tidak berani mengadukan kejadian yang dialaminya ke guru saat itu. Baru setibanya di rumah, Alif mengadu ke orang tuanya dan menceritakan apa yang ia alami. Bagai disambar petir disiang bolong, sang ibu tersentak dan menangis demi mendengar penuturan anaknya itu.

Ibu korban lantas menghubungi suaminya yang tengah berdinas di satuan Detasemen Perbekalan Dan Angkutan (Den Bekang) Salatiga, bagian Logistik. Jumat (19/9/2014), sekitar pukul 07.00 wib, kedua orangtua korban membawa Alif ke RS Dr Asmir untuk mengoobati lukanya.

Oleh dokter, Alif disarankan untuk menjalani opname lantaran ada trauma pukulan benda tumpul di tubuhnya. Kepala RS Dr Asmir Salatiga, Mayor Sumanta Sembiring menjelaskan, meski kondisi korban saat datang terdapat luka benda tumpul, namun tidak ditemukan tulang yang patah.

“Anak ini mengalami trauma. Tapi, secara Psikologis kita belum mengetahuinya," ujar Mayor Sumanta Sembiring.

Baca juga : Anak Tentara di Salatiga Jadi Korban Salah Tangkap Polisi di Salatiga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com