Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sengketa Lahan, Tim Eksekusi Disambut Bom Molotov, Badik, dan Panah

Kompas.com - 12/09/2014, 12:00 WIB
Kontributor Makassar, Hendra Cipto

Penulis

MAKASSAR, KOMPAS.com - Pukul 07.00 Wita, suasana Kota Makassar sudah diwarnai keributan. Bentrokan fisik kembali terjadi antara aparat kepolisian dan warga Pandang Raya terkait eksekusi lahan seluas 4.000 meter persegi, Jumat (12/9/2014).

Ratusan warga dibantu mahasiswa mencoba mempertahankan lahan tersebut dari eksekusi yang dilakukan PN Makassar. Ratusan aparat kepolisian dari Brimob Polda Sulselbar dan Polrestabes Makassar yang mengawal jalannya eksekusi menerobos pagar bambu yang terpalang di Jalan Pandang Raya dengan menggunakan kendaraan taktis (Rantis) APC dan water cannon.

Warga pun melakukan perlawanan dengan melempari petugas menggunakan batu dan bom molotov. Beberapa warga menggunakan berbagai senjata tajam berupa parang, badik, dan panah.

Berdasarkan pantauan di lokasi bentrokan, rantis APC sempat terbakar akibat ledakan bom molotov. Demikian pula sebagian anggota Brimob yang membentuk brigade sempat terbakar akibat ledakan bom molotov. Namun, api cepat dipadamkan dengan menggunakan tabung pemadam kebakaran yang telah disiapkan petugas.

Bentrokan tidak berlangsung lama. Polisi perlahan-lahan memukul mundur warga hingga ke lokasi eksekusi. Saat itu terlihat, puluhan preman bayaran membantu polisi dan PN Makassar mengeksekusi lahan tersebut. Bahkan, beberapa orang warga dan mahasiswa tertangkap oleh preman bayaran hingga dikeroyok.

Setelah massa dipukul mundur, para preman pun langsung merobohkan 46 rumah warga yang rata-rata terbuat dari bahan kayu dan seng. Kemudian disusul dengan pihak PN Makassar menghancurkan seluruh bangunan rumah yang berada di atas lahan itu dengan menggunakan dua eskavator.

Menyusul kejadian itu pula, sebuah bengkel motor milik Ayyub terbakar. Sebuah motor Vega dan mesin kompresor yang berada di dalam bengkel ikut juga terbakar. Diduga, bengkel tersebut terbakar akibat terkena lemparan bom molotov.

Isak tangis warga pun menyeruak menghiasi suasana eksekusi lahan. Terlihat pula warga yang mencoba menyelamatkan barang berharga mereka sambil berlinangan air mata.

Berdasarkan keterangan tim eksekutor PN Makassar, Sulaiman, perkara sengketa lahan itu melibatkan Goman Wisan dengan H Hafid dan kawan-kawan. "Berdasarkan putusan kasasi 2006, PN sudah tiga kali melakukan eksekusi dan gagal terus lantaran bentrokan fisik terus terjadi. Kita kalah banyak biasanya, jadi batal lagi. Mulai tahun 2009, kita terus melakukan upaya eksekusi dan baru eksekusi keepat di tahun 2014 ini berhasil," kata Sulaiman.

Sementara itu, Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar, Abdul Azis yang mendampingi warga dalam perkara itu menduga ada mafia peradilan di kepolisian dan pihak PN Makassar. Dalam perkara tersebut, putusan Mahkamah Agung (MA) meminta PN Makassar meninjau ulang lokasi bersengketa.

"Sejak awal kami mengatakan bahwa lahan tersenut tidak bisa diekskusi (non-eksekutabel) karena tidak jelasnya lokasi dan batas-batas dalam putusan MA. Makasnya kami pernah minta fatwa ke MA tahun 2OO9. MA kemudian minta PN Makassar untuk menindaklanjuti surat LBH, tapi sampai sekarang PN belum menindaklanjutinya," ungkap Azis.

Azis menduga, mafia peradilan yang melibatkan kepolisian dan pengadilan. Indikasi terbaru surat eksekusi PN Makassar didasarkan pada permintaan Polrestabes Makassar. "Berdasarkan surat permintaan dari kepolisian itu, PN Makassar menerbitkan surat eksekusi tertanggal 9 September 2014 kemarin," kata dia.

Berdasar surat eksekusi itulah, LBH Makassar melontarkan protes kepada Kapolrestabes Makassar atas tindakan ini yang sudah mengarah pada dugaan penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power). Demikian pula dengan PN Makassar, LBH juga menilai penegak hukum tidak cermat dan hati-hati.

"PN Makassar langsung saja menerbitkan surat eksekusi termasuk tidak mempertimbangkan surat MA. Kami akan mempersoalkan tindakan PN Makassar dan Polrestabes Makassar antara lain dengan melaporkannya dugaan tindakan yang 'unprosedur' tersebut," ancam dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com